Nyeri merupakan tanda vital kelima, namun nyeri pada luka kadang tidak dikaji
dan tidak diintervensi secara adekuat. Padahal nyeri luka dapat mengindikasikan
adanya infeksi atau bertambah buruknya proses penyembuhan luka. Oleh karena
itu nyeri harus dikaji secara teratur dengan menggunakan skala pengkajian nyeri
yang valid (Reddy et al, 2003).
Penyebab nyeri perlu untuk diketahui, apakah berhubungan dengan penyakit,
pembedahan, trauma, infeksi atau benda asing. Apakah nyerinya local atau general
dan apakah nyerinya berkaitan dengan pergantian balutan atau produk.
Krasener telah membuat konsep tentang pengalaman nyeri kronik dalam tiga
model. Nyeri dibagi dalam tiga sub konsep; non siklus, siklus dan nyeri kronik.
1. Nyeri Non Siklus merupakan episode tunggal serangan nyeri, contoh: nyeri
setelah dilakukan debridement.
2. Nyeri Siklus merupakan episode serangan nyeri yang berulang.
Contoh;serangan nyeri setiap penggantian balutan.
3. Nyeri Kronik atau persisten merupakan serangan nyeri tanpa adanya
manipulasi pada luka. Contoh: Pasien merasa lukanya berdenyut-denyut saat
berbaring.
Karena nyeri merupakan pengalaman subyektif seseorang maka yang pelru
dibangun adalah komunikasi dengan pasien seputar responnya terhadap nyeri yang
dialami. Sebagai alat Bantu untuk mengevaluasi tingkat nyeri maka dapat
digunakan skala nyeri (0-10) atau skala ekspresi wajah. Hasil dari skala nyeri
tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan jenis dressing yang
akan digunakan termasuk dosis analgetik yang akan diberikan.
Menurut Suriadi (2007), beberapa hal yang perlu dikaji dalam anamnesa antara
lain:
1. Dimana lokasi nyeri?
2. Seperti apa nyeri yang dirasakan?
3. Apa kah ada gejala lain yang menyertai?
4. Pada saat kapan nyeri dirasakan oleh pasien?
5. Apakah nyeri dirasakan terus menerus atau hanya kadang-kadang?
6. Sudah berapa lama nyeri dirasakan?
7. Apakah nyeri mengganggu istirahat pasien?
8. Apakah pasien menggunakan obat saat serangan nyeri?
9. Posisi seperti apa yang dapat mempengaruhi nyeri?
Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri berhubungan
dengan prosedur pergantian balutan antara lain:
1. Penggunaan cairan pencuci luka yang hangat.
2. Melepaskan balutan dengan hati-hati, atau bilamemungkinakan motivasi
psien untuk melepaskan sendiri. Balutannya.
3. Gunakan 'time out'.
4. Gunakan balutan yang tidak menimbulkan trauma.
5. Evaluasi balutan lama.
6. Rubah frekuensi pergantian balutan.
0 comments:
Posting Komentar