Infolinks In Text Ads

PENANGANAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN

Bagi teman-teman tenaga kesehatan di perifer/daerah, faktor geografis, transportasi, dan pusat rujukan yg jauh kadang menjadi kendala jika menghadapi kasus-kasus gawat darurat. Penanganan yg tepat dan cepat sebelum pasien kita rujuk ke tempat pelayanan kesehatan yg lebih memadai, merupakan hal yg harus kita miliki. Belum semua kabupaten kota di Indonesia memiliki dokter spesialis bedah atau obsteri dan Gynekologi.
Pengetahuan yg memadai dan keberanian dalam membuat tindakan (sesuai porsi) sangat diperlukan dalam kasus kegawat daruratan.
Perdarahan setelah melahirkan merupakan contoh kasus yg sering terjadi dan masih menjadi penyebab kematian tertinggi ibu melahirkan di Indonesia.
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan lebih dari 500 ml  setelah ibu melahirkan  atau perdarahan yg melebihi normal yg menyebabkan perubahan tanda vital ibu (ibu mengaku lemah,pandangan gelap, keringat dingin, hiperapnea, tekanan darah sistolik,90 mmhg, Nadi > 100 x/menit, Hb < 8g%).

Secara umum ada ada 5 penyebab perdarahan setelah melahirkan :
  1. Robekan jalan lahir
  2. Plasenta teringgal
  3. Retensio plasenta
  4. Atonia uteri dan
  5. Kelainan pembekuan darah
Prinsip pengendalian A(air way), Breathing(B) dan C(cirkulasi), merupakan prinsip pertama yg harus diupayakan penanganannya segera dalam  setiap kasus kegawat daruratan.

  1. Robekan jalan lahir : cari segera sumber perdarahan dan lakukan penghentian perdaran dgn melakukan ligasi. Metode lakukan dgn menjepit pembuluh darah yg terputus dgn klem arteri akan membantu kita seandainya terdapat sumber perdarahan yg banyak. Lakukan penjahitan lapis demi lapis dari setiap bagian yg robek.
  2. Plasenta teringgal, kasus ini masih cukup sering terjadi, apalagi tdk dipungkiri masih ada persalinan yg dilakukan bukan oleh nakes (terutama di daerah). Penanganan KALA III yg kurang baik juga dapat menyebabkan teringgalnya plasenta. Plasenta dlam kadaan normal akan keluar paling lama 30 menit setelah bayi keluar. Manajemen aktif kala III adalah : segera suntikan oksitosin 10 unit im segera bayi lahir, lakukan peregangan tali pusat terkendali dan massage uterus. Setelah 30 menit plasenta belum keluar  lakukan manual plasenta.
  3. Retensio plasenta. Sisa plasenta/selaput ketuban yg masih teringgal dapat menyebabkan perdarahan postpartum dini atau perdaraha post partum lambat (6-10 hari setelah melahirkan). Pengeluaran sisa plasenta dilakukan secara kuretase.
  4. Atonia uteri, terjadi bila miometrium tidak berkontraksi, dan uterus teraba lunak.(2/3 perdarahan post partum disebabkan karena atonia uteri). Lakukan massage uterus dan kompresi bimanual interna (KBI) selama 5 menit, ajarkan keluarga pasien melakukan kompresi bimanual eksterna (KBE), injeksikan metyl ergometrim 0,2 cc im. Pasang infus RL + 20 IU oksitosin dan di guyur. segera siapkan rujukan dan lanjutkan pemberian infus RL + 20 IU oksitosin  minimal 500 cc/jam hingga mencapai tempat rujukan.
Sumber: Pelatiahan Pelayanan Obsteri Dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

    0 comments:

    Posting Komentar