Infolinks In Text Ads

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS
Data dasar pengkajian pasien
Aktivitas/Istirahat
Gejala:
- Keletihan, kelelahan, malaise
- Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas.
- Ketidakmampuan untuk tidur
Sirkulasi
Tanda:
- Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia.
- Warna kulit/membran mukosa: sianosis
Integritas Ego
Tanda:
- Ansietas, ketakutan, peka rangsang
Makanan/Cairan
Gejala:
- Mual/muntah.
- Napsu makan buruk/anoreksi.
- Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan.
- Penurunan berat badan menetap.
Tanda:
- Turgor kulit buruk.
Pernapasan
Gejala:
- Napas pendek khususnya pada kerja.
- Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Tanda:
- Penggunaan obat bantu pernapasan, misalanya meninggikan bahu, retraksi fosa supraklafikula, melebarkan hidung.
- Dada: Dapat terlihat hperinflasi dengan peninggian diameter AP.
- Bunyi napas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi; menyebar, lembut atau krekels lembab kasar; ronki, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tak adanya bunyi napas.
Interaksi Sosial
Gejala:
- Hubungan ketergantungan.
- Kurang sistem pendukung.
- Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat.

Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
- Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.
- Kesulitan menghentikan merokok.
F. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, berihubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental akibat influenza.
Intervensi:
1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels, ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
3. Catat adanya/derajat dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut.
6. Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

2. Diagnosa Keperawatan: Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
Intervensi:
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif.
5. Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
6. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.
7. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

3. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh dapat dihubungkan dengan dispnea.
Intervensi:
1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat.
2. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
4. Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
6. Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
7. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan dapat berlanjut, meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.
Evaluasi yang diharapkan
q Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih,tak disnea,sianosis
q Mengidentifikasi perilaku mencapai bersiha jalan napas
q Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan
q Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
q Mengidentifikasi intervensi unutk mencegah/menurunkan risiko infeksi
q Menunjukkan peningkatan nafsu makan
q Mempertahankan berat badan normal
G. Pengobatan
Umumnya penyakit yang diakibatkan oleh virus bisa sembuh sendiri. Yang perlu diperhatikan adalah infeksi bakteri/kuman lainnya yang biasanya menyertai infeksi virus (komplikasi). Pengobatan influenza adalah dengan membiarkan tubuh penderita membentuk antibodinya sendiri.
Hal itu dapat dilakukan dengan banyak beristirahat dan mengurangi aktivitasnya, termasuk tidak banyak bercakap-cakap. Pengobatan yang umum diberikan adalah untuk mengurangi gejala yang mengganggu dari flu, seperti pemberian obat untuk (simptomatik) menurunkan panas, menghentikan pilek dan batuk.

Pemberian obat itu akan meredakan gejala sekaligus mengurangi penderitaan pasien flu.
Obat flu biasanya terdiri dari komponen untuk menurunkan panas (parasetamol, ibuprofen), mengurangi pilek atau hidung berair (efedrin, pseudo-efedrin, atau fenilpropanolamin [maksimal 15 mg/tablet]), dan komponen obat batuk (dekstrometorfan atau noskapin). Namun, bila gejalanya hanya demam saja, tidak perlu mengonsumsi semua komponen.
Bagaimana bila hanya pilek? Cukup pilih obat bebas yang mengandung komponen pilek saja; bila dicampur dengan komponen antihistamin (CTM, misalnya) masih diperbolehkan. Pemilihan obat kombinasi tergantung kecocokan individual.

Vitamin dan pengencer dahak tidak mutlak diperlukan dan perlu dinilai secara individual.
Yang perlu diingat, dengan atau tanpa antibiotik flu akan sembuh dalam beberapa hari hingga seminggu. Namun, bila tidak, sebaiknya konsultasikan kepada dokter keluarga Anda.
Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah dari risiko tertular penyakit Influenza?
Upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan, yaitu: Memelihara kebersihan diri dan lingkungan pondokan secara baik.
Istirahat yang cukup, banyak mengkonsumsi buah-bahan segar dan sayur-sayuran hijau.
Minum air yang cukup

Membiasakan diri untuk membersihkan ingus memakai kertas tissu atau sapu tangan yang dapat menyerap cairan hidung dan membuangnya di tempat sampah.
Selalu memakai masker (penutup) hidung dan mulut yang bersih agr terhindar dari percikan air ludah/ liur yang keluar dari penderita sewaktu bercakap-cakap atau terkena percikan dahak, ingus, batuk dan bersin.

jangan sering keluar malam, jika ada alergi antisipasi dengan minum vitamin sesuai kebutuhan.
Menghindari diri agar tidak kontak dekat dengan penderita bergejala dan tanda penyakit Influenza.
Sedapat mungkin menghindari kerumunan kepadatan manusia atau tempat - tempat yang dipadati orang terutama pada tempat seperti dipasar, atau pun tempat keramaian lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Capernito,Linda juall.2001.Buku Saku Diagnosa

0 comments:

Posting Komentar