Infolinks In Text Ads

Artikel asuhan keperawatan dengan Gullain Barre Syndrome

Definisi

Penyakit akut atau lebih tepat subakut yang lambat laun menjadi paralitik dengan penyebab yang belum jelas, namun teori saat ini mulai terarah pada proses imunologik.

 Etiologi

Teori yang berlaku sekarang menganggap GBS, merupakan suatu npenyakit autoimun oleh karena adanya antibody antimyelin yang biasannya didahului dengan faktor pencetus. Sedangkan etiologinya sendiri yang pasti belum diketahui, diduga oleh karena :

a.       Infeksi    : missal radang tenggorokan atau radang lainnya

b.      Infeksi virus       :measles, Mumps, Rubela, Influenza A, Influenza B, Varicella zoster, Infections mono nucleosis (vaccinia, variola, hepatitis inf, coxakie)

c.       Vaksin    : rabies, swine flu

d.      Infeksi yang lain            : Mycoplasma pneumonia, Salmonella thyposa, Brucellosis, campylobacter jejuni

e.       Keganasan          : Hodgkin’sdisease, carcinoma,lymphoma

Dimana faktor penyebab diatas disebutkan bahwa infeksi usus dengan campylobacter jejuni biasanya memberikan gejala kelumpuhan yang lebi9h berat. Hal ini dikarenakan strujtur biokimia dinding bakteri ini mempunyaipersamaan dengan struktur biokimia myelin pada radik, sehingga antibodyyang terbentuk terhadap kuman ini bisa juga menyerang myelin.

Pada dasarnyaguillain barre adalah “self Limited” atau bisa timbuh dengan sendirinya. Namun sebelum mencapai kesembuhan bisa terjadi kelumpuhan yang meluas sehingga pada keadaan ini penderita memerlukan respirator untuk alat Bantu nafasnya.

Insiden

GBS tersebar diseluruh dunia terutama di Negara – Negara berkembang dan merupakan penyebab tersering dari paralysis akut. Insiden banyak dijumpai pada dewasa muda dan bisa meningkat pada kelompok umur 45-64 tahun. Lebih sering dijumpai pada laki – laki daripada perempuan.

Angka kejadian penyakit ini berkisar 1,6 sampai 1,9/100.000 penduduk per tahun lebih dari 50% kasus biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas. Selain yang disebutkan diatas penyakit ini dapat pula timbul oleh karena infeksi cytomegalovirus, epster-barr virus, enterovirus, mycoplasmadan dapat pula oleh post imunisasi. Akhir – akhir ini disebutkan bahwa campylobacter jejuni dapat menimbulkan GBS dengan manifestasi klinis lebih berat dari yang lain.

Guillain Bare syndrome termasuk dalam penyakit poliradikulo neuropati dan untuk membedakannya berdasarkan lama terjadinya penyakit dan progresifitas penyakit yaitu :

1.      Guillain barre syndrome (GBS)

Fase progresif sampai 4 minggu

2.      Subakut idiopathic polyradiculo neuropathy (SIDP)

-          Fase progresif dari 4-8 minggu

-          Gejala klinis :

a.       Terutama motorik

b.      Relative ringan tanpa : gagal pernapasan, gangguan otonomik yang jelas

-          Neurofisiologi : demyelinisasi

-          Biopsi : demyelinisasi ~ makrofag

3.      Cronic inflammatory demyelinating polyradiculo neuropathy (CIDP)

-          Fase progresif > 12 minggu

-          Dibagi dalam 2 bentuk

a.       Idiopathic CIDP (CIDP – 1)

b.      CIDP MGUS (monoclonal gammopathy uncertain significance)



Patofisiologi

Gullain Barre Syndrome diduga disebabkan oleh kelainan system imun ewat mekanisme limfosit medialed delayed hypersensivity atau lewat antibody mediated demyelinisation. Masih diduga, mekanismenya adalah limfosit yang berubah responya terhadap antigen.

Limfosit yang berubah responnya menarik makrofag ke saraf perifer, maka semua saraf perifer dan myelin diserang sehingga selubung myelin terlepas dan menyebabkan system penghantaran implus terganggu.

Karena proses ditujukan langsung pada myelin saraf perifer, maka semua saraf perifer dan myelin saraf perifer, maka semua saraf dan cabangnya merupakan target potensial, dan biasannya terjadi difus. Kelemahan atau hilangnya system sensoris terjadi karena blok konduksi atau karena axor telah mengalami degenerasi oleh karena denervasi. Proses remyelinisasi biasannya dimulai beberapa minggu setyelah proses keradangan terjadi.



Komplikasi

1.      Polinneuropatia terutama oleh karena defisiensi atau metabolic

2.      Tetraparese oleh karena penyebab lain

3.      Hipokalemia

4.      Miastenia Gravis

5.      adhoc commite of GBS

6.      Tick Paralysis

7.      Kelumpuhan otot pernafasan

8.      Dekubitus

 Penatalaksanaan

1.      Perawatan umum

q  Perawatan umum ditujukan pada kandung seni (bladder), traktus digestivus (Bowel), pernapasan (breathing), badan dan kulit (Body and Skin care), mata dan, mulut, makanan (nutrition and fluid balance)

q  Bila ada tanda-tanda kelumpuhan otot pernapasan harus secepatnya dirujuk/dikonsulkan kebagian anesthesia bila PO2 menurun dan PCO2 meningkat atau vital kapasitas < 15 1/menit. Apakah memerlukan respirator untuk mengetahui dengan cepat gangguan otot pernapasan, yang terdapat dua bentuk ialah sentral dan perifer. Yang sentral tidak ada dyspne, tetapi kelainan ritme : cheyne-stoke



ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

q  Identitas klien             : meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status

q  Keluhan utama            : kelumpuhan dan kelemahan

q  Riwayat keperawatan : sejak kapan, semakin memburuknya kondisi / kelumpuhan, upaya yang dilakukan selama menderita penyakit.

2.      Pemeriksaan Fisik

q  B1 (Breathing)

Kesulitan bernafas / sesak, pernafasan abdomen, apneu, menurunnya kapasitas vital / paru, reflek batuk turun, resiko akumulasi secret.

q  B2 (Bleeding)

Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi, wajah kemerahan.

q  B3 (Brain)

Kesemutan, kelemahan-kelumpuhan, ekstremitas sensasi nyeri turun, perubahan ketajaman penglihatan, ganggua keseimbangan tubuh, afasis (kemampuan bicara turun), fluktuasi suhu badan.

q  B4 (Bladder)

Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.

q  B5 ( Bowel)

Kesulitan menelan-mengunyah, kelemahan otot abdomen, peristaltic usus turun, konstipasi sampai hilangnya sensasi anal.

q  B6 (Bone)

Gangguan mobilitas fisik-resiko cidera / injuri fraktur tulang, hemiplegi, paraplegi.

3.      Diagnosa keperawatan

   1. Resiko terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas

   2. Resiko tejadi ggn pertukaran gas

   3. Ketidakefektifan pola nafas

   4. Ggn komunikasi verbal

   5. Resiko tinggi terjadi  infeksi

   6. Resiko terjadi trauma

   7. Resiko terjadi disuse syndrome

   8. Kecemasan pada orang tua



4.      Rencana keperawatan



Dx 1. Resiko terjadi bersihan saluran  nafas tidak  efektif b.d penurunan reflek menelan dan peningkatan produksi saliva

Tujuan : Setelah dirawat  sekret bersih, saliva bersih, stridor  (-), sumbatan tidak terjadi

Tindakan:

- Lakukan perawatan EET setiap 2 jam

- Lakukan auskultasi sebelum dan setelah tindakan fisiotherapi dan suction

- Lakukan fisiotherapi nafas dan suction setiap 3 jam jika terdengar stridor atau SpO2 < 95 %

- Monitor status hidrasi

- Monitor vital sign sebelum dan setelah tindakan

- Kolaborasi pemberian bisolvon 3 X 1 tab



Dx 2 Resiko terjadi ggn pertukaran gas b.d dengan adanya ggn fungsi paru sebagai  efek adanya atelektasis paru

Tujuan : Setelah dirawat

- BGA dalam batas normal

- Wh -/-, Rh -/-, suara paru +/+

- Cyanosis (-), SpO2 > 95 %



Tindakan:

- Lakukan pemeriksaan BGA setiap 24 jam

- Monitor SpO2 setiap jam

- Monitor respirasi dan cyanosis

- Kolaborasi :

·      Seting ventilator SIMV PS 15, PEEP +2, FiO2  40 %, I : E 1:2

·      Analisa hasil BGA





Dx : Resiko tinggi terjado infeksi b.d pemakaian alat perawatan seperti kateter dan infus

Tujuan : setelah dirawat diharapkan

- Tanda-tanda infeksi (-)

·         leiko 3-5 X 10 4,  Pada px urine ery (-), sylinder (-),

·         Suhu tubuh 36,5-37 oC

·         Tanda-tanda radang pada lokasi insersi alat perawatan (-)



Tindakan

- Rawat ETT setiap hari

-Lakukan prinsip steril pada saat suction

- Rawat tempat insersi infus dan kateter setiap hari

- Ganti kateter setiap 72 jam

- Kolaborasi :

·         Pengggantian ETT dengan Tracheostomi

·         Penggantian insersi surflo dengan vanocath

·         Pemeriksaan leuko

·         Pemeriksaan albumin

·         Lab UL

·         Pemberian profilaksis Amox 3 X 500 mg dan Cloxacilin 3 X 250 mg

Dx : Resiko terjadi disuse syndrome b.d kelemahan tubuh sebagai efek perjalanan penyakit GBS

Tujuan : Setelah dirawat

-Kontraktur (-)

- Nutrisi terpenuhi

- Bab dan bak terbantu

- Personal hygiene baik

Tindakan:

- Bantu Bab dab Bak

- Monitor intake dan output cairan dan lakukan balance setia 24 jam

- Mandikan klien setiap hari

- Lakukan mirimg kanan dan kiri setiap 2 jam

- Berikan latihan pasif  2 kali sehari

- Kaji tanda-tanda pnemoni orthostatik

- Monitor status neurologi setiap  8 jam

- Kolaborasi:

·         Alinamin F 3 X 1 ampul

·         Sonde pediasuer 6 X 50 cc

·         Latihan fisik fasif oleh fisiotherapis



Dx. Kecemasan pada orang tua b.d ancaman kematian pada anak serta perawatan yang lama

Tujuan :

- Setelah dirawat klien dapat menerima keadaan dan kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan



Tindakan :

- He tentang penyakit GBS, perjalanan penyakit dan penanganannya.

- He tentang perawatan dan pemasangan alat perawatan alternatif sehubungan dengan proses perawatan yang lama seperti pemasangan tracheostomi dan vanocath

- Meminta agar keluarga mengisi informed konsen dari tindakan yang akan dilakukan oleh petugas

0 comments:

Posting Komentar