Infolinks In Text Ads

TANDA DAN GEJALA hyperplasi prostat

TANDA DAN GEJALA

Walaupun hyperplasi prostat selalu terjadi pada orangtua, tetapi tidak selalu disertai gejala-gejala klinik.

Gejala klinik terjadi terjadi oleh karena 2 hal, yaitu :

1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.

2. Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.

Gejala klinik dapat berupa :

· Frekuensi berkemih bertambah

· Berkemih pada malam hari.

· Kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih.

· Air kemih masih tetap menetes setelah selesai berkemih.

· Rasa nyeri pada waktu berkemih.

Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, penderita sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.

Selain gejala-gejala di atas oleh karena air kemih selalu terasa dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selanjutnya kerusakan ginjal yaitu hydroneprosis, pyelonefritis.

PATOFISIOLOGI

BPH terjadi pada umur yang semakin tua (> 45 tahun ) dimana fungsi testis sudah menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan hormon testosteron dan dehidrotesteosteron sehingga memacu pertumbuhan / pembesaran prostat.

Makrokospik dapat mencapai 60 - 100 gram dan kadang-kadang lebih besar lagi hingga 200 gram atau lebih.

Tonjolan biasanya terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak mengenai bagian posterior dari pada lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai lobus posterior, yang sering merupakan tempat berkembangnya karsinoma (Moore)

Tonjolan ini dapat menekan urethra dari lateral sehingga lumen urethra menyerupai celah, atau menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu merupakan suatu polip yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen urethra.

Pada penampang, tonjolan itu jelas dapat dibedakan dengan jaringan prostat yang masih baik. Warnanya bermacam-macam tergantung kepada unsur yang bertambah.

Apabila yang bertambah terutama unsur kelenjar, maka warnanya kung kemerahan, berkonsistensi lunak dan terbatas tegas dengan jaringan prostat yang terdesak, yang berwarna putih keabu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan maka akan keluar caiaran seperti susu.

Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak mengeluarkan cairan seperti halnya jaringan prostat yang terdesak sehingga batasnya tidak jelas.

Gambaran mikroskopik juga bermacam-macam tergantung pada unsur yang berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah unsur kelenjar sehingga terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh epitel torak atau koboid selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil-papil ke dalam lumen. Membran basalis masih utuh.

Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar yang kecil-kecil sehingga menyerupai adenokarsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat sekret granuler, epitel yang terlepas dan corpora anylacea.

Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah, maka terjadi gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang letaknya saling berjauhan. Gambaran ini juga dinamai hiperplasi fibrimatosa atau hiperplasi leiomymatosa.

Pada jaringan ikat atau jaringan otot biasanya terdapat serbukan limfosit.

Selain gambaran di atas sering terdapat perubahan lain berupa :

1. Metaplasia skwamosa epitel kelenjar dekat uretra.

2. Daerah infark yang biasanya kecil-kecil dan kadang-kadang terlihat di bawah mikroskop.

Tanda dan gejala dari BPH adalah dihasilkan oleh adanya obstruksi jalan keluar urin dari kandung kemih

Ada tiga cara pengkuran besarnya hipertropi prostat :

Rectal Grading, yaitu dengan rectal toucher diperkirakan berapa cm prostat yang menonjol ke dalam lumen rektum yang dilakukan sebaiknya pada saat buli-buli kosong.

Gradasi ini adalah :

0 - 1 cm : grade 0

1 - 2 cm : grade 1

2 - 3 cm : grade 2

3 - 4 cm : grade 3

> 4 cm : grade 4

Pada grade 3 - 4 batas prostat tidak teraba. Prostat fibrotik, teraba lebih kecil dari normal.

Clinical Grading, dalam hal ini urine menjadi patokan. Pada pagi hari setelah bangun pasien disuruh kencing sampai selesai, kemudian di masukan kateter ke dalam buli-buli untuk mengukur sisa urine.

Sisa urine 0 cc : normal

Sisa urine 0-50 cc : grade 1

Sisa urine 50-150 cc : grade 2

Sisa urine > 150 cc : grade 3

Tidak bisa kencing : grade 4

Intra Uretral Grading, dengan alat perondoskope dengan diukur / dilihat bebrapa jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen uretra.

Grade I :

Clinical grading sejak berbulan-bulan, bertahun-tahun, mengeluh kalau kencing tidak lancar, pancaran lemah, nokturia.

Grade II :

Bila miksi terasa panas, sakit, disuria.

Grade III :

Gejala makin berat

Grade IV :

Buli-buli penuh, disuria, overflow inkontinence. Bila overflow inkontinence dibiarkan dengan adanya infeksi dapat terjadi urosepsis berat. Pasien menggigil, panas 40-41° celsius, kesadaran menurun.

Komplikasi :

· Urinary traktus infection

· Retensi urin akut

· Obstruksi dengan dilatasi uretra, hydronefrosis dan gangguan fungsi ginjal.

Bila operasi bisa terjadi :

· Impotensi (kerusakan nevron pudendes)

· Hemoragic paska bedah

· Fistula

· Striktur paska bedah

· Inkontinensia urin

PEMERIKSAAN FISIK

· Urinolisis

· Urine kultur

· Pemeriksaan fisik

PENATALAKSANAAN

Konservatif

Obat-obatan : Antibiotika, jika perlu.

Self Care :

· Kencing dan minum teratur.

· Rendam hangat, seksual intercourse

Pembedahan

· Retropubic Prostatectomy

· Perineal Prostatectomy

· Suprapubic / Open Prostatectomy

· Trans Uretrhal Resectio (TUR), yaitu : Suatu tindakan untuk menghilangkan obstruksi prostat dengan menggunakan cystoscope melalui urethra. Tindakan ini dlakukan pada BPH grade I.

Kontraindikasi tindakan pembedahan :

Orangtua dengan :

· Decompensasi kordis

· Infark jantung baru

· Diabetes militus

· Malnutrisi berat

· Dalam keadaan koma

· Tekanan darah sistol 200 - 260 mmHg.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pasien post TUR Prostat :

· Drainase urine, meliputi : kelancaran, warna, jumlah, cloting.

· Kebutuhan cairan : minum adekuat (± 3 liter/hari)

· Program “Bladder Training” yaitu latihan kontraksi otot-otot perineal selama 10 menit, dilakukan 4 kali sehari.

Dan menentukan jadwal pengosongan kandung kemih: Bokong pasien diletakkan di atas stekpan / pispot atau pasien diminta ke toilet selama 30 menit - 2 jam untuk berkemih.

· Diskusikan pemakaian kateter intermiten.

· Monitor timbul tanda-tanda infeksi (Kalor, Dolor, Rubor, Tumor, Fungsilaesa)

· Rawat kateter secara steril tiap hari. Pertahankan posisi kateter, jangan sampai tertekuk.

· Jelaskan perubahan pola eliminasi dan pola seksual.

· Fungsi normal kandung kemih akan kembali dalam waktu 2 -3 minggu, namun dapat juga sampai 8 bulan yang perlu diikuti dengan latihan perineal / Kegel Exercise.

0 comments:

Posting Komentar