Bayi merupakan makhluk yang sangat peka dan halus. Apakah bayi itu akan terus tumbuh dan berkembang dengan sehat, sangat bergantung pada proses kelahiran dan perawatannya. Tidak saja cara perawatannya, namun pola pemberian makan juga sangat memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan bayi (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan. Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga: bayi cukup bulan, bayi prematur, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Bayi cukup bulan adalah bayi yang termasuk dalam kelompok kelahiran normal, yaitu kelahiran bayi secara alami tanpa bantuan suatu alat apa pun atau tanpa operasi. Usia kehamilan secara normal berkisar sembilan bulan sepuluh hari. Masa kehamilan lebih dari sepuluh hari atau kurang dari sembilan bulan disebut kehamilan tidak normal (Departemen Kesehatan RI, 1995). Bayi prematur adalah bayi lahir tidak cukup bulan. Adapun bayi berat badan lahir rendah (BBLR) atau low birth weight adalah yang bobotnya kurang dari 2500 gram. BBLR disebabkanoleh kelahiran tidakcukup bulan (prematur), cukup bulan tetapi kecil (proporsional), dan IUGR (intro-uterine growth retardation).
Cara merawat BBLR lebih dari 1500 g dan kurang dari 2500 g di rumah adalah sebagai berikut.
1. Segera setelah bayi lahir, tubuh bayi dilap dengan kain lembut yang bersih dan kering untuk membersihkannya dari kotoran (air ketuban, darah dan lendir). Bayi tidak dimandikan.
2. Setelah tali pusat dipotong, bayi dibungkus dengan kain yang bersih, kering, dan cukup tebal agar ia tidak kedinginan. Kepala ditutup dengan topi atau tutup kepala yang bersih.
3. Setiap kali bayi kencing/pakaiannya basah, pakaian harus segera diganti supaya tidak kedinginan.
4. Setiap hari bayi dibersihkan dengan kain bersih yang diolesi minyak kelapa atau minyak goreng lain yang sudah dihangatkan.
5. Setelah 3-7 hari atau bila bayi sudah tampak lebih kuat (salah satu tandanya dapat minum lebih baik), bayi dapat dibersihkan/diseka air hangat.
6. Berikan air susu ibu (ASI) secepatnya setelah lahir dan setiap harinya diusahakan sesering mungkin, tetapi dengan porsi yang kecil sesuai dengan kemampuan bayi. Bayi dijaga jangan sampai tersedak.
Upaya mencegah kejadian bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) adalah:
1. Menjaga agar ibu hamil makan lebih banyak atau 1 kali lebih sering daripada sebelum hamil.
2. Memeriksakan kehamilan secara teratur, minimal 4 kali selama hamil, yaitu 3 bulan pertama kehamilan minimal 1 kali; 3 bulan kedua kehamilan minimal 1 kali; dan 3 bulan ketiga kehamilan minimal 2 kali. Bila berat badan ibu naik di bawah 1 kg per bulan, ibu perlu segera ke Puskesmas.
3. Menghindari kerja berat yang melelahkan dan mendapat istirahat yang cukup selama hamil.
Anak yang kecil, organ tubuhnya juga kecil, 10-17% defisit sel otak. Apabila ibu tidak memberi makan anaknya dengan baik, defisit sel otak meningkat menjadi 30-40%. Selain defisit sel otak, anak-anak yang lahir sebagai BBLR juga mengalami defisit simpanan zat gizi sehingga mudah sakit dan memerlukan waktu yang relatif panjang untuk penyembuhannya. Oleh karena itu, ibu perlu memberi makanan yang baik agar anak dapat mengejar ketinggalannya (catch up). Tanda-tanda bayi lahir sehat adalah,
1. Segera menangis
2. Pernapasan teratur
3. Banyak bergerak
4. Warna kulit merah muda
5. Berat badan 2,5 kg atau lebih.
Hasil penelitian modern (jumlah sampel banyak dan menggunakan kaidah statistik) yang dilakukan oleh W.T. Portier pada tahun 1885 menunjukkan bahwa rata-rata nilai rapor sekolah lebih baik pada anak-anak yang berat badan lebih berat daripada berat badan yang lebih ringan.
Setelah usia 6 bulan, bayi sangat membutuhkan makanan tambahan untuk tumbuh dan menjadi lebih aktif. Air susu ibu (ASI) raja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dan jumlah yang didapatkan dari ASI (World Health Organization, 2003). Usia 6-11 bulan merupakan periode emas sekaligus kritis dalam proses tumbuh kembang bayi, baik fisik maupun kecerdasan.
Salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang pada periode tersebut adalah rendahnya mutu makanan pendamping ASI (MP-ASI) (Depertemen Kesehatan RI, 2003). Untuk mendapatkan mutu makanan yang baik, pendidikan gizi jauh lebih efektif dibandingkan dengan suplementasi makanan dan integrasi pelayanan kesehatan dasar maupun subsidi pangan (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2004).
0 comments:
Posting Komentar