Infolinks In Text Ads

Faktor Utama Penyebab Karies Gigi

Karies Gigi merupakan hancurnya email dan dentin yang mengakibatkan lubang pada gigi. Karies ini perlu mendapat perhatian, karena akibat lebih lanjut dari gigi berlubang adalah rasa sakit yang dapat mengganggu kesehatan anak. Gigi berlubang yang kita lihat sebagai suatu lubang pada gigi geraham atau gigi seri depan yang habis pada anak-anak menyisakan gigi yang terlihat lebih kecil dan kecokelatan itu—umumnya tidak terjadi dalam waktu singkat. Untuk terjadinya sebuah gigi berlubang perlu 4 faktor yang terjadi secara bersamaan.

Empat faktor tersebut adalah gigi sebagai tuan rumah (host), substrat, seperti makanan, plak atau kuman, dan waktu. Gigi yang emailnya tidak kuat, mudah berlubang, makanan yang manis-manis dan lengket juga memperbesar kemungkinan gigi berlubang. Plak yang tidak dibersihkan akan membuat kuman-kuman berkumpul bersama dan kuman-kuman itu akan me¬ngeluarkan asam. Nantinya, asam itu yang akan menyebabkan terjadinya demineralisasi gigi—diruntuhkan pelan-pelan seperti runtuhnya tembok Berlin. Lama-lama email akan hancur. Dalam skala mikro, proses ini dapat berlangsung reversible, jadi ion fluorida pada air ludah akan ditarik email untuk membantu pertahanan gigi terhadap asam. Namun, kalau berkali-kali suasana tidak lagi dapat dinetralisasi oleh air ludah, runtuhlah pertahanan gigi.

Waktu memegang peranan juga terhadap ketiga mata rantai di atas tadi, karena keadaan asam basa di dalam rongga mulut dan di permukaan gigi naik dan turun sesuai dengan pola makan kita. Apabila anak mengunyah makanan yang mengandung sukrosa (gula atau karbohidrat) dan menyebabkan pH turun, kemudian setelah itu berhenti, air ludah yang bertindak sebagai buffer akan kembali menetralkan keadaan asam tadi menjadi netral, sehingga proses karies tidak terjadi. Dalam skala mikro, air ludah dapat membantu memperkuat email gigi dengan adanya pemasukan ion fluor dan kalsium pada permukaan gigi. Selain itu dalam kondisi air ludah normal dan baik, air ludah juga dapat bersifat antibakteri yang akan mengeliminasi kuman-kuman, karena air ludah sangat protektif menjaga gigi dan rongga mulut.

Jadi, kalau gigi anak sudah berlubang, itu artinya waktu ‘pembuatannya’ sudah lama. Dari ukuran mikro, sampai kalau tidak tertangani, proses ini akan berlangsung terus, makin lama makin besar, dan secara makro dapat dilihat oleh mata. Faktanya, waktu yang diperlukan dari terjadinya bercak putih sebagai tanda awal terjadinya karies gigi sampai terjadinya lubang yang terlihat di permukaan halus gigi diperkirakan akan mencapai 18 bulan, plus minus 6 bulan. Gigi yang sering terkena sukrosa atau gula dan pembersihannya kurang baik, akan memungkinkan terbentuknya bercak putih dalam tempo 3 minggu.

Pada struktur anatomi gigi, bagian yang paling luar dilapisi oleh email, jaringan yang paling keras dalam tubuh manusia, sedangkan dentin berada di bawahnya dan bertekstur lebih lunak, sehingga pada saat terjadi demineralisasi email (email menjadi rapuh kemudian pecah) oleh asam yang dihasilkan kuman, proses berlanjut ke bagian dalam gigi, yaitu dentin. Dentin ini lebih lunak daripada email, sehingga lebih mudah menggerogoti dentin daripada repot-repot mengurusi email yang keras. Akibatnya, bentuk gigi berlubang bisa terlihat kecil di permukaan gigi. Namun, bila dilakukan foto rontgen, terlihat menggaung karena ternyata di bagian dentin sudah meluas.

Gigi berlubang, apabila hanya mengenai email saja, tidak menimbulkan rasa sakit. Jika lubang sudah mencapai dentin, gigi mulai terasa ngilu saat terkena rangsang panas, dingin, asam dan manis. Jika proses karies tidak berhenti, akibat lebih lanjut adalah karies mencapai pulpa yang berisi pembuluh darah dan pembuluh saraf, dan tanpa rangsang apapun gigi terasa sakit berdenyut, sebab jaringan pulpanya telah mengalami peradangan (pulpitis).

Indeks yang dipakai untuk menilai kecenderungan timbulnya gigi berlubang secara massal adalah dengan menggunakan standar khusus, yakni DMFT/DMFS. DMFT adalah jumlah D, Decay (gigi berlubang), M. Missing (gigi hilang karena pencabutan), F. Filling (ditambal), dihitung setiap T. Teeth (gigi), atau S. Surfaces (permukaan). Contoh target DMFT di Australia adalah 1,0 di tahun 2000. Dan pada tahun 1995 data DMFT untuk anak usia 12 tahun di Australia adalah 1,01 dan anak yang bebas karies dari 4145 anak adalah 59,1%. Artinya, target DMFT negara Australia telah tercapai.

Di Indonesia, data dari Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anak-anak TK di Indonesia mempunyai risiko besar terkena karies, karena anak di pedesaan usia 4-5 tahun yang telah terkena karies sebanyak 95,9%, dengan nilai DMFT 7,98, sedangkan di perkotaan 90,5%, dengan nilai DMFT 7,92. Pada usia 12 tahun, presentase yang terkena karies sebanyak 76,92%, dengan nilai DMFT 2,21 di tahun 1995.

Data ini dapat dijadikan acuan bagi orang tua untuk lebih memperhatikan perawatan gigi anak-anak pra sekolah, supaya timbul kebiasaan anak dalam melakukan pembersihan gigi dan mulut secara teratur dan kebiasaan anak untuk makan makanan yang sehat.

Kemungkinan timbulnya karies pada anak dapat di perkirakan dengan suatu tes aktivitas karies. Aktivitas karies merupakan aktivitas bakteri dalam memproduksi asam yang akan menyebabkan email rapuh (demineralisasi gigi). Dengan mengetahui aktivitas karies, usaha pencegahan karies lebih dapat ditingkatkan. Tes aktivitas karies dapat dikembangkan dengan metode kariostat yang bekerja berdasarkan perubahan warna pada media akibat produksi asam hasil fermentasi bakteri. Tes ini cukup sensitif dan mempunyai relevansi yang kuat mengenai kemungkinan terjadinya karies pada masa yang akan datang. Klasifikasi kariostat dinilai berdasarkan pH (keasaman) di dalam mulut. Nilai 0 mempunyai warna biru (pH 6,1), Nilai 1 mempunyai warna hijau (pH 5,4), Nilai 2 mempunyai warna hijau kekuningan (pH 4,7), dan Nilai 3 mempunyai warna kuning (pH 4,0).

0 comments:

Posting Komentar