Infolinks In Text Ads

Konsep Makanan Fungsional

Konsep Makanan Fungsional

Sebenarnya, konsep makanan fungsional sudah ada sejak lama. Hippocrates yang merupakan Bapak Ilmu Kedokteran Modern sekitar 2.500 tahun yang lalu pernah berkata: “let your food be your medicine and let your medicine be your food” (gunakanlah makanan sebagai obatmu dan obatmu sebagai makanan). Namun, istilah makanan fungsional baru digunakan pertama kali oleh para peneliti dari Jepang sekitar pertengahan tahun 1980-an. Dalam filosofi Hippocrates tersebut, pada konsentrasi tertentu, makanan bisa menjadi obat dan obat bisa menjadi makanan. Namun, pada konsentrasi tinggi (berlebih atau overdosis), makanan dan obat justru dapat menjadi racun bagi tubuh kita. Dalam hal ini, prinsip kehati-hatian perlu diterapkan secara proporsional. Secara umum, makanan digunakan untuk tindakan pencegahan (prevention), sedangkan obat digunakan untuk tindakan pengobatan (treatment). Jadi, konsep makanan fungsional lebih dititikberatkan pada tindakan pencegahan penyakit.

Makanan fungsional atau sering pula disebut sebagai makanan kesehatan dapat berupa makanan segar atau makanan olahan yang dianggap memiliki sifat-sifat peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit di luar fungsi nutrisinya. Contoh sederhana dari makanan fungsional adalah buah dan sayuran tertentu (dalam bentuk segar tanpa pengolahan) serta makanan dan minuman yang telah mengalami fortifikasi (makanan dan minuman olahan). Banyak makanan tradisional seperti tempe, beras merah, atau bekatul yang kemudian diakui sebagai makanan fungsional. Banyak pula makanan modern hasil-hasil penelitian yang memang sengaja dibuat sebagai makanan fungsional.

Secara umum, makanan fungsional mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai sumber gizi (nutrisi), sebagai pemberi cita rasa dan aroma, dan sebagai penyuplai senyawa aktif untuk mencegah atau mengobati penyakit (misalnya anti-oksidan untuk meredam radikal bebas yang berlebih).

Sesuai dengan namanya, makanan fungsional harus berupa makanan konsumsi sehari-hari. Jadi, suplemen dalam bentuk tablet, kapsul, kaplet, dan bubuk tidak tergolong makanan fungsional. Herbal yang tidak biasa dikonsumsi sehari-hari seperti buah merah, mahkota dewa, dan mengkudu juga bukan merupakan makanan fungsional. Namun, herbal yang biasa dikonsumsi sehari-hari karena digunakan dalam masakan termasuk makanan fungsional, misalnya bawang putih, bawang merah, dan tomat. Perlu diingat bahwa kadang-kadang makanan dapat digolongkan ke dalam makanan fungsional untuk masyarakat tertentu, tetapi tidak untuk masyarakat lainnya (misalnya buah merah). Bagi masyarakat lokal tertentu di Papua, buah merah tergolong makanan fungsional karena menjadi makanan sehari-hari (diolah sebagai bahan cocolan untuk makan ubi). Namun, buah merah bukan merupakan makanan fungsional bagi sebagian besar penduduk dunia di luar Papua.

0 comments:

Posting Komentar