Pendarahan di dalam kepala janin
Perdarahan di dalam kepala janin-bayi dapat terletak di beberapa tempat: subdura, subaraknoid, korteks, substansia alba, serebelum, intraventrikel, dan periventrikel. Perdarahan intraventrikel ke dalam matriks germinal merupakan jenis tersering perdarahan intrakranium yang dijumpai dan biasanva terjadi akibat imaturitas. Perdarahan intraventrikel tanpa disertai perdarahan subaraknoid atau subdura bukan suatu cedera traumatik. Memang, hampir 4 persen neonatus normal aterm memperlihatkan tanda sonografik perdarahan matriks germinal sub-ependimal yang tidak berkaitan dengan faktor obstetris.
Trauma lahir tidak lagi dianggap sebagai kausa umum perdarahan intrakranium. Kepala janin memiliki kelenturan yang cukup besar dan mungkin mengalami molding, bermakna sewaktu melewati jalan lahir. Tulang-tulang tengkorak, dura mater, dan otak itu sendiri memungkinkan bentuk kepala janin berubah cukup besar tanpa efek merugikan. Akan tetapi, pada molding yang berat dan terjadinya tumpang-tindih tulang-tulang parietal, vena-vena penghubung Bari korteks serebrum ke sinus sagitalis dapat pecah. Meskipun jarang, dapat terjadi ruptur vena serebri interna, vena Galenika di pertautannya dengan sinus, atau di tentorium itu sendiri.
Temuan Klinis
Hanya tersedia sedikit data neurologis klinis mengenai bayi yang menderita perdarahan intrakranium akibat cedera mekanis. Pada perdarahan subdura akibat robekan tentorium dan perdarahan infratentorium masif, terjadi gangguan neurologis sejak lahir. Bayi yang sakit parah mengalami stupor atau koma, kaku kuduk, dan opistotonus.
Perdarahan subaraknoid umumnya bersifat minor tanpa gejala, tetapi mungkin terjadi kejang dengan masa antariktus normal pada sebagian kasus dan perburukan hebat pada kasus lain. Pemindaian kepala dengan sonografi, computed tomography, atau magnetic resonance imaging tidak hanya bermanfaat secara diagnostik, tetapi juga memberi banyak pemahaman tentang etiologi dan frekuensi perdarahan intrakranium. Sebagai contoh, perdarahan periventrikel dan intraventrikel terjadi pada neonatus yang lahir cukup prematur, dan perdarahan ini biasanya terjadi tanpa trauma lahir.
Sefalhematon
Sefalhematom biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama persalinan dan pelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir.
Insidensinya adalah 2,5 persen. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal. Tepi periosteum membedakan sefalhematom dari kaput suksedaneum. Kaput terdiri atas pembengkakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum. Selain itu, sefalhematom mungkin belum timbul beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau bahkan bulan.
Sebaliknya, kaput suksedaneum berukuran maksimal saat lahir, tumbuh semakin kecil, dan biasanya hilang dalam beberapa jam jika kecil, dan beberapa hari jika besar. Bertambahnya ukuran hematom dan tanda-tanda lain perdarahan ekstensif merupakan indikasi pemeriksaan lebih lanjut, termasuk pemeriksaan radiografik dan penilaian faktor pembekuan.
Cedera Spinal
Setelah traksi pada pelahiran sungsang dapat terjadi peregangan berlebihan korda spinalis dan perdarahan, dan bahkan dapat terjadi fraktur atau dislokasi vertebra. Forsep rotasional juga dilaporkan berkaitan dengan tingginya angka cedera spinal servikalis.
Cedera Pleksus Bakialis
Cedera ini relatif sering terjadi dan dijumpai antara 1 dari 500 hingga 1 dari 1000 persalinan aterm. Meningkatnva berat lahir dan persalinan bokong merupakan faktor risiko signifikan.
Paralisis Duchenne atau Erb secara tidak tepat dianggap terjadi hanya pada bayi besar dan distosia bahu. Kenyataannya, hanya 30 persen cedera pleksus brakialis terjadi pada bayi makroskopik jika hal itu didefinisikan sebagai berat badan lahir 4000 g atau lebih. Lesi neurologis ini meliputi paralisis otot deltoid dan infraspinatus, serta otot-otot fleksor lengan bawah, menyebabkan lengan keseluruhan lunglai di sisi tubuh dengan lengan bawah mengalami ekstensi dan rotasi internal. Fungsi jari-jari biasanya dipertahankan. Lesi kemungkinan terjadi akibat peregangan atau jeleknya akar atas pleksus brakialis. Karena untuk melahirkan bahu pada presentasi kepala normal sering dilakukan traksi kepala lateral, paralisis Erb dapat terjadi pada persalinan yang tampaknya tidak sulit. Meskipun jarang, trauma mungkin terbatas di saraf-saraf bawah pleksus brakialis dan menyebabkan paralisis tangan, atau paralisis klumpke.
Paralisis Wajah
Paralisis wajah mungkin sudah terlihat di ruang bersalin atau mungkin timbul segera setelah lahir. Cedera dapat disebabkan oleh tekanan yang ditimbulkan oleh daun posterior forsep pada foramen stilomastoideus, yaitu tempat keluarnya saraf fasialis. Jelas bekas forsep mungkin tampak jelas di wajah. Keadaan ini juga dijumpai pada persalinan spontan. Kelainan biasanya sembuh spontan.
Fraktur
Fraktur klarikula ternyata sering terjadi jika dilakukan penelitian yang teliti. Kelainan ini diidentifikasi pada hampir 18 dari 1000 kelahiran hidup dan umumnya dianggap sebagai keadaan yang tidak dapat diperkirakan dan dicegah.
Fraktur humerus lebih jarang terjadi. Kesulitan yang dijumpai saat pengeluaran bahu pada presentasi kepala dan lengan ekstensi pada letak sungsang sering menyebabkan fraktur ini. Akan tetapi, hingga 70 persen kasus terjadi pada persalinan normal. Fraktur ekstremitas atas yang berkaitan dengan persalinan sexing berjenisgreenslirk, meskipun dapat terjadi fraktur komplet disertai tumpang tindih tulang. Klavikula dan tulang-tulang panjang harus dipalpasi pada semua neonatus yang dicurigai mengalami fraktur, dan semua krepitasi atau iregularitas yang tidak lazim harus segera diperiksa secara radiografik.
Fraktur femur relatif jarang terjadi dan biasanya berkaitan dengan persalinan bokong.
Fraktur tengkorak dapat terjadi akibat upaya mengeluarkan janin dengan paksa, terutama dengan forsep; persalinan spontan; atau bahkan sesar.
Cedera Otot
Cedera pada otot sternokleidomastoideus dapat terjadi, terutama selama persalinan bokong. Mungkin terjadi robekan otot atau selubung fasia sehingga terjadi hematom dan kontraksi gravitasi akibat sikatriks. Sewaktu leher memanjang karena proses pertumbuhan normal, kepala secara bertahap berputar ke arah sisi cedera karena otot yang rusak menjadi kurang elastik dan tidak memanjang dengan kecepatan yang sama dengan padan kontralateralnya yang tumbuh normal sehingga terjadi tortikolis.
Sindrom Pita Amnion
Konstriksi cincin vokal di ekstremitas disertai terputusnya jari atau anggota badan merupakan penyulit yang jarang dijumpai. Pembentukan kelainan ini masih diperdebatkan. Beberapa peneliti bersikeras bahwa kegagalan plasma germinal biasanya merupakan penyebab kelainan ini. Peneliti yang lain berpendapat bahwa lesi terjadi akibat ruptur dini amnion, yang kemudian membentuk pita-pita kuat yang lekat dan menyebabkan konstriksi serta kadang-kadang hingga memutuskan ekstremitas janin.
Deformitas Postural Kongenital
Faktor-faktor mekanis yang terjadi akibat kurangnya volume cairan amnion berkepanjangan dan restriksi yang ditimbulkan oleh rongga uterus berukuran kecil dan berbentuk tidak normal dapat menyebabkan janin yang sedang tumbuh kemudian mengalami pola deforinitas tersendiri, termasuk talipes atau clubfoot (jari tabuh), skoliosis, dan dislokasi panggul. Oligohidramnion juga dapat menyebabkan hipoplasia paru.
0 comments:
Posting Komentar