Perdarahan pada kehamilan trimester ketiga.dan Pembagiannya:
I. Plasenta previa
Perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
a. Plasenta previa totalis:
• Menutupi osteum uteri internum seluruhnya pada pembukaan 4 cm.
• Plasenta previa sentralis adalah salah satu bentuk penutupan yang sentral plasenta sesuai atau identik dengan garis tengah osteum uteri internum.
b. Plasenta previa lateralis, bila menutupi osteum uteri internum sebagian pada pembukaan 4 cm.
c. Plasenta previa marginalia, bila tepi plasenta berada pada tepi osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
d. Plasenta previa letak rendah, bila tepi bawah plasenta masih dapat disentuh dengan jari, melalui osteum uteri internum pada pembukaan 4 cm.
2. Solusio plasenta
a. Definisi: lepasnya plasenta dari insersinya di fundus uteri sehelum waktu persalinan.
b. Pembagian solusio plasenta:
Solusio plasenta ringan:
• Perdarahan kurang 500 cc dengan lepasnya plasenta kurang dari 1/5 bagian.
• Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah diraba.
• Tanda fetal distres belum tampak.
•arahan hitam pervaginam.
• Tanpa gangguan pembekuan darah fibrinogen di atas 250 mg%.
Solusio plasenta sedang:
• Lepasnya plasenta antara 1/4-2/3 bagian dengan perdarahan sekitar 1000 cc.
• Perut mulai tegang dan bagian janin sulit diraba.
• Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
• Pemeriksaan dalam ketuban tegang.
• Tanda persalinan telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.
Solusio plasenta berat:
• Lepasnya plasenta sudah melebihi 2/3 bagian.
• Perut nyeri dan tegang, bagian janin sulit diraba seperti papan.
• Janin sudah fetal distres berat sampai IUFD.
• Pemeriksaan dalam ketuban tegang.
• Darah dapat masuk otot rahim, uterus couvelaire yang menyebabkan atonia uteri serta perdarahan pascapartus.
• Terdapat gangguan pembekuan darah fibrinogen kurang dari 100 mg %-150 mg% .
• Gangeuan ginjal sudah mulai tampak.
3. Pecahnya vasa previa
• Terjadi perdarahan mengikuti pecahnya ketuban yang berwarna segar.
• Darah berasal dari insertio vilamentosa tali pusat yang menyilang osteum uteri internum yang berada pada selaput ketuban.
• Pecahnya ketuban diikuti perdarahan fetal distres sampai kematian janin.
4. Pecahnya sinur marginalis
• Sinus marginalis merupakan penampungan sementara darah retro-plasenter yang akan kembali menuju sirkulasi umum ibu.
• Sinus marginalis yang pecah, sebagian besar terjadi pada pembukaan mendekati lengkap dan persalinan segera terjadi.
• Pada pemeriksaan terdapat gumpalan darah pada sinus marginalis, yang memberikan petunjuk telah terjadi perdarahan akibat sinus marginalis pecah.
PLASENTA PREVIA
Gejala umum
a. Perdarahan tanpa rasa sakit.
b. Terjadi pada saat pembentukan SBR, sehingga terdapat pergeseran atau dinding rahim dengan plasenta yang menimbulkan perdarahan.
c. Bentuk perdarahan:
• Sedikit tanpa menimbulkan gejala klinis.
• Banyak disertai gejala klinik ibu dan janin.
d. Gejala klinik ibu:
• Tergantung KU dan jumlah darah hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
• Terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk:
• Nadi meningkat dan tekanan darah turun.
• Anemia disertai bagian ujung dingin.
• Perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.
e. Gejala klinik janin:
• Bagian terendah belum masuk PAP atau terdapat kelainan letak.
• Perdarahan mengganggu sirkulasi retroplasenter, menimbulkan asfiksia intrauterin sampai kematian janin.
• Hbs sekitar 5 gr% dapat menimbulkan kematian janin serta ibunya.
Dasar diagnosis
a. Terdapat perdarahan tanpa rasa sakit.
b. Keadaan umum setelah perdarahan tergantune dari:
• Keadaan umum sebelumnya.
• Jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan.
• Menimbulkan gejala klinik pada ibu dan janin.
c. Perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah.
d. Terdapat kelainan letak atau bagian terendah belum masuk PAP.
e. Pemeriksaan tambahan:
• Double set up di meja operasi, dapat menentukan klasifikasi plasenta previa dengan memasukkan jari ke osteum uteri internum atau meraba fornik.
• Melakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi.
Sebab-sebab terjadinya
a. Gangguan kesuburan endometrium sehingga perlu perluasan implantasi:
• Multiparitas dengan jarak hamil pendek.
• Beberapa kali menjalani seksio sesarea.
• Bekas dilatasi dan kuretase.
• IN dengan gizi rendah.
• Usia hamil pertama di atas 35 tahun.
b. Pelebaran implantasi plasenta:
• Kehamilan ganda, memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur.
Komplikasi
a. Komplikasi Ibu.
• Perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan insersio di depan.
• Infeksi karena anemia.
• Robekan implantasi plasenta di bagian helakang SBR: dangerous plasenta previa.
• Terjadi ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
b. Komplikasi janin.
• Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi.
• Mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah.
• Asfiksia intrauterin sampai dengan kematian.
SOLUSIO PLASENTA
Sebab-sebab terjadinya
a. Trauma langsung abdomen.
b. Hipertensi ibu hamil.
c. Umbilikus pendek atau lilitan tali pusat.
d. Tekanan pada vena cava inferior.
e. Pada pre-eklampsia—eklampsia.
f. Saat melakukan versi luar.
g. Saat memecahkan ketuban:
• Hamil biasa.
• Pada hidramnion.
• Setelah persalinan anak pertama hamil ganda.
Gejala klinik
a. Perdarahan yang disertai rasa sakit.
b. Tergantung jumlah darah retroplasenter:
• Menimbulkan gangguan kardiovaskuler ibu.
• Ketegangan perut ringan sampai berat.
• Gangguan janin asfiksia ringan sampai IUFD.
c. Gangguan pembekuan darah.
d. Gangguan alat vital, seperti: jantung, ginjal, dan lever.
0 comments:
Posting Komentar