- Fungsi: konstituen heme, Hb, sitokrom
- Metabolisme: diangkut sebagai transferin, disimpan sebagai feritin/hemosiderin, hilang lewat perdarahan
- Defisiensi: anemia (hipokromik mikrositer)
- Toksik: siderosis, hemokromatosis herediter
- Sumber: daging, hati, telur, alat masak dari besi
Infolinks In Text Ads
den ger
Besi (Fe)
den ger
Iodium (I)
- Fungsi: konstituen tiroksin, trijodotironin
- Metabolisme: disimpan dalam tiroid berupa tiroglobulin
- Defisiensi: kretinisme, goiter, hipotiroid, miksedemia
- Toksik: tirotoksikosis, goiter
- Sumber: garam berjodium, ikan laut
den ger
Tembaga (Cu)
- Fungsi: konstituen enzim oksidase, sitokrom oksidase, berperan dalam absorbsi besi
- Metabolisme: diangkut oleh albumin, terikat dengan serulo plasmin
- Defisiensi: anemia (hipokromik-mikrositer)
- Toksik: penyakit Wilson
- Sumber : hati ( makanan )
den ger
Cobalt (Co)
- Fungsi: konstituen vit.B12
- Defisiensi: sama seperti defisiensi vit.B12 menyebabkan Asiduria metilmalonat, anemia megaloblastik
- Sumber: makanan yang berasal dari hewan
den ger
Chromium (Cr)
- Fungsi: membentuk insulin
- Defisiensi: gangguan toleransi glukose
- Sumber: daging, hati, ragi, padi-padian, kacang-kacangan, keju
den ger
Magnesium (Mg)
- Fungsi: Pembentuk tulang, gigi, cofaktor enzim
- Defisiensi: akibat malabsorbsi, diare, pemabuk
- Toksik: reflek tendon menurun, penurunan respirasi
- Sumber: sayuran hijau
den ger
Kalium (K)
- Fungsi: kation utama CIS, fungsi saraf otot, Na/K-ATP-ase
- Metabolisme: diatur aldosteron
- Defisiensi: akibat diuretik, kelemahan otot, paralisis, kekacauan mental
- Toksik: henti jantung, ulkus usus halus
- Sumber: sayuran, buah, kacang-kacangan
den ger
Clorida (Cl)
- Fungsi: keseimbangan cairan dan elektrolit, getah lambung, transport HCO3 dalam eritrosit
- Defisiensi: akibat vomitus, diuretik, penyakit ginjal
- Sumber: garam meja
den ger
Natrium (Na)
- Fungsi: kation utama CES, mengatur volume plasma, keseimbangan asam basa, fungsi saraf dan otot, Na/K-ATP-ase
- Metabolisme: diatur oleh Aldosteron
- Defisiensi: tidak dikenal dalam diet
- Toksik: hipertensi
- Sumber: garam dapur
den ger
Phosphor (P)
- Fungsi: pembentuk tulang, gigi, ATP, asam nukleat
- Metabolisme: kadar dalam serum diatur oleh reabsorbsi ginjal
- Defisiensi: riketsia, osteomalasia (dewasa)
- Toksik: hipertiroidisme, osteoporosis
- Sumber: Zat aditif yang mengandung fosfat
den ger
Calsium (Ca)
- Fungsi: pembentuk tulang, gigi, pengaturan fungsi saraf dan otot
- Metabolisme: absorpsi perlu protein pengikat-Ca; diatur oleh vit.D, hormon paratiroid dan kalsitonin
- Defisiensi: rakitis, osteomalasia, osteoporosis
- Toksik: nausea, diare, iritabilitas
- Sumber: susu, kacang-kacangan, sayuran
den ger
Pembagian Mineral
- Makromineral adalah mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah >100 mg/hari
- Contoh: Ca, P, Na, K, Cl, Mg
- Mikromineral (unsur renik) adalah mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah <100 mg/hari
- Contoh: Cr, Co, Cu, I, Fe, Mn, Mo, Se, Si, Zn, F
den ger
Definisi Kelas Ibu Hamil
Kegiatan Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, melalui praktik dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu anak) ( Depkes, 2009 : vii).
Tujuan
Pegangan fasilitator Kelas Ibu Hamil ini diharapkan dapt menjadi catatan alur pembelajaran bagi fasilitator dalam melakukan fasilitasi standar Kelas Ibu Hamil.
Sasaran
Bidan atau petugas kesehatan yang terkait dengan kegiatan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam melakukan fasilitasi Kelas Ibu Hamil yang sudah mendapatkan pelatihan.
Manfaat Kelas Ibu Hamil
Supaya ibu mengerti tentang kelas ibu hamil
Supaya ibu bisa mengaplikasikannya ke dalam kehidupannya sehari-hari
Menambah wawasan keluarga tentang kelas ibu hamil
Kegiatan Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, melalui praktik dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu anak) ( Depkes, 2009 : vii).
Tujuan
Pegangan fasilitator Kelas Ibu Hamil ini diharapkan dapt menjadi catatan alur pembelajaran bagi fasilitator dalam melakukan fasilitasi standar Kelas Ibu Hamil.
Sasaran
Bidan atau petugas kesehatan yang terkait dengan kegiatan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam melakukan fasilitasi Kelas Ibu Hamil yang sudah mendapatkan pelatihan.
Manfaat Kelas Ibu Hamil
Supaya ibu mengerti tentang kelas ibu hamil
Supaya ibu bisa mengaplikasikannya ke dalam kehidupannya sehari-hari
Menambah wawasan keluarga tentang kelas ibu hamil
den ger
Mobilisasi sebagian yaitu sebagian dari anggota badan yang dapat melakukan mobilisasi secara normal.
Terjadi pada pasien dengan gangguan saraf motorik dan sensorik, terdiri dari :
Terjadi pada pasien dengan gangguan saraf motorik dan sensorik, terdiri dari :
- Mobilisasi sebagian dengan temporer, disebabkan oleh trauma yang reversibel
- Pada sistem muskuloskeletal
- Mobilisasi sebagian permanen disebabkan karena rusaknya sistem saraf yang reversibel (hemiplagi karena kecelakaan).
den ger
Mobilisasi penuh yaitu seluruh anggota dapat melakukan mobilisasi secara normal. Mobilisasi penuh mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan baik secara fisiologis maupun psikologis.
den ger
Definisi Mobilisasi Post Partus
- Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999)
- Mobilisasi dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
den ger
Pencatatan pada lembar belakang Partograf
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampai¬kan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
1). Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2). Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3). Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4). Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
5). Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6). Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).
- Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).
- Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan.
- Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang se¬suai.
- Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pe¬mantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.
- Data dasar
- Kala I
- Kala II
- Kala III
- Bayi baru lahir
- Kala IV
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampai¬kan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
1). Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2). Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3). Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4). Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
5). Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6). Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).
den ger
Mencatat temuan Partograf
1. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2). Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a). Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
b). Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
U : Ketuban utuh (belum pecah)
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
c). Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuai¬kan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tum¬pang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Keti¬dakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali un¬tuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
3). Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menya¬takan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-¬tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil te¬muan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda¬-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presen¬tasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "" pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "" di nomor 4. Hubungkan tanda "" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
c. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.).
Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri.
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan per¬salinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
4). Jam dan waktu
a..Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b..Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.
Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada.
Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).
5). Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
6). Obat-obatan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a). Oksitosin.
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b). Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7). Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai ().
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
b. Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya ase¬ton atau protein dalam urin.
8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom parto¬graf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
Jumlah cairan per oral yang diberikan.
Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).
Persiapan sebelum melakukan rujukan.
Upaya Rujukan. ( Pencatatan pada lembar belakang Partograf Lanjutannya )
1. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2). Kesehatan dan kenyamanan janin
Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a). Denyut jantung janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
b). Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
U : Ketuban utuh (belum pecah)
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
c). Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuai¬kan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tum¬pang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Keti¬dakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali un¬tuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
3). Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menya¬takan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-¬tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil te¬muan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda¬-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presen¬tasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "" pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "" di nomor 4. Hubungkan tanda "" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
c. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.).
Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri.
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan per¬salinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
4). Jam dan waktu
a..Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b..Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.
Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada.
Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).
5). Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
6). Obat-obatan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a). Oksitosin.
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b). Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7). Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai ().
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
b. Volume urin, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya ase¬ton atau protein dalam urin.
8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom parto¬graf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
Jumlah cairan per oral yang diberikan.
Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).
Persiapan sebelum melakukan rujukan.
Upaya Rujukan. ( Pencatatan pada lembar belakang Partograf Lanjutannya )
den ger
Pengertian
- Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
- Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
- Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
- Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
- Mencatat kemajuan persalinan.
- Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
- Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
- Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
- Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
- Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan pe¬nyulit.
- Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
- Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
- Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
den ger
Akibat dari perilaku seksual menyimpang
Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada janin mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa pertumbuhannya (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, 2001).
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan (Dianawati, 2006).
Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases, STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan AIDS.
Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah: sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS (Junaedi, 2010).
1). Gonorea
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus.
2). Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “Raja Singa”. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum.
3. Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama, ditularkan oleh bangsa yunani, romawi, dan louis XV. Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus harpes simpleks.
4). Klamidia
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, rahim, saluran indung telur, dan saluran kencing. Gejala yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing.
5). Candida
Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi.
6). Chancroid
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan kelamin.
7). Granuloma inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap.
8). Lymphogranuloma venereum
Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotik tidak dapat menanggulanginya.
9). AIDS
AIDS adalah sebuah singkatan dari “Acquired Immuno Deficiency” Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang.
10). HIV
HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS.
11). ARC
ARC merupakan singkatan dari “AIDS Related Complex”, menyebabkan timbulnya pembekakan pada kalenjar di sekitar pangkal paha dan daerah lainnya.
12). Scabies
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut “mite”. Serangga tersebut dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat berkembangbiak secara cepat.
13). PID
Merupakan singkatan dari “Pelvis Inflammatory Disease”, yaitu suatu penyakit infeksi sistem saluran reproduksi perempuan, seperti gonorea atau clamydia.
14). Trichomonas infection
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas pada vagina tersebut.
15). Venereal warts
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang. Pada laki-laki, virus ni menyerang bagian kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum) (Dianawati, 2006).
Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada janin mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa pertumbuhannya (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, 2001).
Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan (Dianawati, 2006).
Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases, STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan AIDS.
Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah: sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS (Junaedi, 2010).
1). Gonorea
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus.
2). Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan “Raja Singa”. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum.
3. Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama, ditularkan oleh bangsa yunani, romawi, dan louis XV. Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus harpes simpleks.
4). Klamidia
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, rahim, saluran indung telur, dan saluran kencing. Gejala yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing.
5). Candida
Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi.
6). Chancroid
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan kelamin.
7). Granuloma inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap.
8). Lymphogranuloma venereum
Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotik tidak dapat menanggulanginya.
9). AIDS
AIDS adalah sebuah singkatan dari “Acquired Immuno Deficiency” Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang.
10). HIV
HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS.
11). ARC
ARC merupakan singkatan dari “AIDS Related Complex”, menyebabkan timbulnya pembekakan pada kalenjar di sekitar pangkal paha dan daerah lainnya.
12). Scabies
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut “mite”. Serangga tersebut dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat berkembangbiak secara cepat.
13). PID
Merupakan singkatan dari “Pelvis Inflammatory Disease”, yaitu suatu penyakit infeksi sistem saluran reproduksi perempuan, seperti gonorea atau clamydia.
14). Trichomonas infection
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas pada vagina tersebut.
15). Venereal warts
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang. Pada laki-laki, virus ni menyerang bagian kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum) (Dianawati, 2006).
den ger
Ganguan seksual pada remaja
- Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja seperti ejakulasi dini atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya hambatan selera seksual dan hambatan gairah seksual. Libido seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan seks seperti vaginismus.
- Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat permanen melainkan bersifat situasional dan belum bisa dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan kecemasan dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa menghambat dorongan seksual karena status yang belum membolehkan untuk melakukan hubungan seksual.
den ger
Disfungsi Psikoseksual
Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual.
1. Hambatan selera seksual
Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama sekali secara menetap dan meresap.
2. Hambatan gairah seksual:
Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitas seksual (impotensia).
Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual (frigiditas).
3. Hambatan orgasme wanita
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi orgasme pada wanita setelah terjadi gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
4. Hambatan orgasme pria
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah terjadi fase gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
5. Ejakulasi prematur
Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual.
6. Dispareunia fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin sewaktu senggama, baik pada pria maupun wanita.
7. Vagina fungsional
Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga mengalami senggama.
Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual.
1. Hambatan selera seksual
Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama sekali secara menetap dan meresap.
2. Hambatan gairah seksual:
Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitas seksual (impotensia).
Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual (frigiditas).
3. Hambatan orgasme wanita
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi orgasme pada wanita setelah terjadi gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
4. Hambatan orgasme pria
Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah terjadi fase gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.
5. Ejakulasi prematur
Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual.
6. Dispareunia fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin sewaktu senggama, baik pada pria maupun wanita.
7. Vagina fungsional
Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga mengalami senggama.
den ger
Macam-macam penyimpangan seksual
Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak khusus remaja), menurut Sarwono Sarlito W, 2002, terdiri dari 4 kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok yaitu sebagai berikut:
a). Gangguan identitas jenis
Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi seorang yang beralat kelamin laki-laki merasa dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya), ucapan maupun objek seksualnya:
1. Transeksualisme
Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini dinamakan transeksualisme. Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual, walaupun mereka tidak mau disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan pernah mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks).
2. Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak
Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja.
3. Gangguan identitas jenis tidak khas
Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme, akan tetapi ada perasaan-perasaan tertentu yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau jijik pada penisnya sendiri (pada pria).
b). Parafilia
Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.
Dapat dilihat dari tiga kategori :
1. Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:
Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak khusus remaja), menurut Sarwono Sarlito W, 2002, terdiri dari 4 kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok yaitu sebagai berikut:
a). Gangguan identitas jenis
Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi seorang yang beralat kelamin laki-laki merasa dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya), ucapan maupun objek seksualnya:
1. Transeksualisme
Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini dinamakan transeksualisme. Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual, walaupun mereka tidak mau disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan pernah mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks).
2. Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak
Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja.
3. Gangguan identitas jenis tidak khas
Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme, akan tetapi ada perasaan-perasaan tertentu yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau jijik pada penisnya sendiri (pada pria).
b). Parafilia
Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.
Dapat dilihat dari tiga kategori :
1. Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:
- Masochisme : Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina, dipukul atau penderitaan lainnya
- Sadisme : Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan penderitaan psikologik atau fisik (bisa berakhibat cidera ringan sampai kematian) pada pasangan seksnya.
- Eksibitionisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain.
- Scoptophilia : Mendapatkan kepuasan seks dari melihat aktivitas seksual.
- Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang telanjang.
- Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari lawan jenisnya.
- Sodomi : Mendapatkan kepuasan seks dengan melakukan hubungan seksual melalui anus
- Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi mulut pada genitilia partnernya
- Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks dari hubungan dengan anak-anak.
- Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan binatang
- Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas seksual dari binatang
- Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat, coitus dengan mayat.
- Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat gambar porno lebih terpenuhi dibandingkan dengan hubungan seksual yang normal.
- Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian dalam lawan jenis.
- g.Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang disenangi dan biasanya orang tersebut tidak mengetahuinya.
- Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang yang masih satu darah.
- Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada kotoran, faeces dan urine.
- Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang genitalnya sendiri.
- Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai keinginan seks yang luar biasa atau yang arus terpenuhi tanpa melihat akibatnya.
- Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang lelaki.
- Promiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan seksual dengan banyak orang.
- Perkosaan : Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa.
den ger
Faktor-faktor Penyebab:
a.. Masalah seksualitas remaja timbul karena faktor-faktor berikut:
1). Meningkatnya libido seksualitas
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasyrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
2). Penundaan usia perkawinan
Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti ciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut.
3). Tabu-larangan
Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua-anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman.
5). Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akhibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria (Sarwono, 2002).
b. Hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengarui oleh berbagai faktor yaitu:
a.. Masalah seksualitas remaja timbul karena faktor-faktor berikut:
1). Meningkatnya libido seksualitas
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasyrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
2). Penundaan usia perkawinan
Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti ciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut.
3). Tabu-larangan
- Ditinjau dari pandangan psikoanalisis, tabunya pembicaraan mengenai seks tentunya disebabkan karena seks dianggap sebagai bersumber pada dorongan-dorongan naluri di dalam “id”.
- Dorongan-dorongan naluri seksual ini bertentangan dengan dorongan “moral” yang ada dalam “super ego”, sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk tingkah laku terbuka.
- Karena remaja (dan juga banyak orang dewasa) pada umumnya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sulit diajak berdiskusi tentang seks, terutama sebelum ia bersenggama untuk yang pertama kalinya.
- Tabu-tabu ini jadinya mempersulit komunikasi. Sulitnya komunikasi, khususnya dengan orang tua, pada akhirnya akan menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan.
Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua-anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman.
5). Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akhibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria (Sarwono, 2002).
b. Hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengarui oleh berbagai faktor yaitu:
- Waktu /saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang akan dialaminya.
- Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.
- Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam.
- Hubungan antar mereka makin romantis.
- Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.
- Kurangnya kontrol dari orang tua. Orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian terhadap anak kurang baik.
- Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya yang ekonomin lemah tetapi banyak kebutuhan/tuntunan, mereka mencari kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu.
- Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain sering menggunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat-tempat sepi.
- Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ngin menunjukkan penampilan diri yang salah untuk menunjukkan kemantapannya, misal mereka ingin menunjkkan bahwa mereka sudah mampu seorang perempuan untuk melayani kepuasan seksnya.
- Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol. Peningkatan penggunaan obat terlarang dan alkohol makin lama makin meningkat.
- Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu batas-batasnya mana yang boleh dan mana tidak boleh.
- Mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan aktifitas seksual sebab sudah merasa matang secara fisik.
- Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.
- Penerimaan aktifitas seksual pacarnya.
- Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya.
- Terjadi peningkatan rangsangan pada seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi/seksual (Soetjiningsih, 2007).
den ger
Pengertian Seksual Menyimpang
- Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
- Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar.
- Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. (Junaedi, 2010)
- Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. (Abdullah, 2008)
- Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat. (Farhan, 2002)
- Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
den ger
Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
• Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara.
Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.
• Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani.
Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus).
Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.
• Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin membran. Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut.
1. Tiga saluran setengah lingkaran
2. Ampula
3. Utrikulus
4. Sakulus
5. Koklea atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang. Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran.
Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial.
Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.
• Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara.
Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.
• Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani.
Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus).
Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.
• Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin membran. Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut.
1. Tiga saluran setengah lingkaran
2. Ampula
3. Utrikulus
4. Sakulus
5. Koklea atau rumah siput
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui saluran sempit. Tiga saluran setengah lingkaran, ampula, utrikulus dan sakulus merupakan organ keseimbangan, dan keempatnya terdapat di dalam rongga vestibulum dari labirin tulang. Koklea mengandung organ Korti untuk pendengaran. Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela bundar, dan saluran (kanal) yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh membran.
Di antara saluran vestibulum dengan saluran tengah terdapat membran Reissner, sedangkan di antara saluran tengah dengan saluran timpani terdapat membran basiler. Dalam saluran tengah terdapat suatu tonjolan yang dikenal sebagai membran tektorial yang paralel dengan membran basiler dan ada di sepanjang koklea. Sel sensori untuk mendengar tersebar di permukaan membran basiler dan ujungnya berhadapan dengan membran tektorial.
Dasar dari sel pendengar terletak pada membran basiler dan berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Bagian yang peka terhadap rangsang bunyi ini disebut organ Korti.
den ger
1. Intensitas dan desibel.
Intensitas menunjuk ke seberapa besar perubahan tekanan dalam gelombang dan tingkat intensitas dihubungkan ke sensasi kerasnya suara. Satuan yang digunakan untuk mengukur intensitas tekanan suara adalah decibel (dB).
2. Frekuensi
Frekuensi suara adalah jumlah perubahan lingkaran tekanan yang terjadi dalam 1 detik. Satu lingkaran per detik disebut satu Hertz (Hz). Indera pendengaran manusia dapat membedakan berbagai kualitas nada (warna nada) dan keras lemahnya suara nada.
3. Amplitudo
Amplitudo yaitu keras lemahnya bunyi. Amplitudo suatu bunyi sangat tergantung dari besarnya energi. Suatu nada dapat memiliki frekuensi yang sama tetapi berbeda amplitudonya.
Intensitas menunjuk ke seberapa besar perubahan tekanan dalam gelombang dan tingkat intensitas dihubungkan ke sensasi kerasnya suara. Satuan yang digunakan untuk mengukur intensitas tekanan suara adalah decibel (dB).
2. Frekuensi
Frekuensi suara adalah jumlah perubahan lingkaran tekanan yang terjadi dalam 1 detik. Satu lingkaran per detik disebut satu Hertz (Hz). Indera pendengaran manusia dapat membedakan berbagai kualitas nada (warna nada) dan keras lemahnya suara nada.
3. Amplitudo
Amplitudo yaitu keras lemahnya bunyi. Amplitudo suatu bunyi sangat tergantung dari besarnya energi. Suatu nada dapat memiliki frekuensi yang sama tetapi berbeda amplitudonya.
den ger
a.proses fisik : stimulus mengenai alat indera atau reseptor disebut sebagai proses kealaman
b.proses fisiologis : stimulus yang mengenai alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak
c.proses psikologis : proses di otak yang menyebabkan organisme mampu menyadari apa yang diterima dengan inderanya
b.proses fisiologis : stimulus yang mengenai alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak
c.proses psikologis : proses di otak yang menyebabkan organisme mampu menyadari apa yang diterima dengan inderanya
den ger
Syarat-syarat Terjadinya sensasi
a.Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus.Objek menimbulkan stimulus yang mengenai indera (reseptor) sehingga terjadi sensasi.. Untuk bisa diterima oleh indera diperlukan kekuatan stimulus yang disebut sebagai ambang mutlak (absolute threshold).
b.Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris) yang baik sebagai penerus kepada pusat otak (kesadaran) untuk menghasilkan respon
c.Pengalaman dan lingkungan budaya. Pengalaman dan budaya mempengaruhi kapasitas alat indera yang mempengaruhi sensasi
a.Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus.Objek menimbulkan stimulus yang mengenai indera (reseptor) sehingga terjadi sensasi.. Untuk bisa diterima oleh indera diperlukan kekuatan stimulus yang disebut sebagai ambang mutlak (absolute threshold).
b.Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris) yang baik sebagai penerus kepada pusat otak (kesadaran) untuk menghasilkan respon
c.Pengalaman dan lingkungan budaya. Pengalaman dan budaya mempengaruhi kapasitas alat indera yang mempengaruhi sensasi
den ger
Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor untuk rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor.
Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupun sedikit sekali. Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang berkelompok dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papilla.
Terdapat empat jenis papilla:
1. Filiformis
terdapat di bagian posterior
berbentuk penonjolan konis, sangat banyak diseluruh permukaan lidah
epitel tidak mengandung putting pengecap
epitel berambut
2. Fungiformis
di bagian anterior dan diantara filiformis
menyerupai jamur karena menpunyai tangkai sempit dan permukaan yang halus,
bagian atas melebar
mengandung putting kecap, tersebar di permukaan atas
epitel berlapis pipih tak menanduk
3. Foliatel
pada pangkal lidah bagian lateral, terdapat beberapa tonjolan-tonjolan padat
bentuk: sirkumvalata
banyak putting kecap
4. Circumfalate
papillae yang sangat besar dengan permukaannya yang pipih meluas di atas
papillae lain, susunan seperti parit
tersebar di daerah “V” bagian posterior lidah
banyak kelenjar mukosa dan serosin
banyak putting kecap yang terdapat di sepanjang sisi papilla
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap
(taste pores). Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit.
Letak masing-masing rasa berbedabeda yaitu :
1. Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
2. Rasa Manis = Lidah Bagian Tepi
3. Rasa Asam / Asem = Lidah Bagian Samping
4. Rasa Pahit / Pait = Lidah Bagian Belakang
Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupun sedikit sekali. Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang berkelompok dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papilla.
Terdapat empat jenis papilla:
1. Filiformis
terdapat di bagian posterior
berbentuk penonjolan konis, sangat banyak diseluruh permukaan lidah
epitel tidak mengandung putting pengecap
epitel berambut
2. Fungiformis
di bagian anterior dan diantara filiformis
menyerupai jamur karena menpunyai tangkai sempit dan permukaan yang halus,
bagian atas melebar
mengandung putting kecap, tersebar di permukaan atas
epitel berlapis pipih tak menanduk
3. Foliatel
pada pangkal lidah bagian lateral, terdapat beberapa tonjolan-tonjolan padat
bentuk: sirkumvalata
banyak putting kecap
4. Circumfalate
papillae yang sangat besar dengan permukaannya yang pipih meluas di atas
papillae lain, susunan seperti parit
tersebar di daerah “V” bagian posterior lidah
banyak kelenjar mukosa dan serosin
banyak putting kecap yang terdapat di sepanjang sisi papilla
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap
(taste pores). Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit.
Letak masing-masing rasa berbedabeda yaitu :
1. Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
2. Rasa Manis = Lidah Bagian Tepi
3. Rasa Asam / Asem = Lidah Bagian Samping
4. Rasa Pahit / Pait = Lidah Bagian Belakang
den ger
Lidah merupakan massa jaringan pengikat dsan otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa
Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung lamina propia menembus ke dalam ruang-ruang antar berkas-berkas otot.
Pada bagian bawah lidah membran mukosanya halus. Lidah juga merupakan suatu rawan (cartilago) yang akarnya tertanam pada bagian posterior rongga mulut (cavum oris) dekat dengan katup epiglotis yang menuju ke laryng.
Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap yang terdapat kemoreseptor (bagian yang berfungsi untuk menangkap rangsangan kimia yang larut pada air) untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan rasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda.
Membran mukosa melekat erat pada otot karena jaringan penyambung lamina propia menembus ke dalam ruang-ruang antar berkas-berkas otot.
Pada bagian bawah lidah membran mukosanya halus. Lidah juga merupakan suatu rawan (cartilago) yang akarnya tertanam pada bagian posterior rongga mulut (cavum oris) dekat dengan katup epiglotis yang menuju ke laryng.
Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengecap yang terdapat kemoreseptor (bagian yang berfungsi untuk menangkap rangsangan kimia yang larut pada air) untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit dan rasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda.
den ger
a. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
b. Prinsip-prinsip pengorganisasian:
‐ Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
‐ Principle of Similarity : individu akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa berupa persamaan bentuk,warna, ukuran dan kecerahan.
‐ Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya.
‐ Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
‐ Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
‐ Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
‐ Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural antara daerahdaerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.
b. Prinsip-prinsip pengorganisasian:
‐ Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
‐ Principle of Similarity : individu akan cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa berupa persamaan bentuk,warna, ukuran dan kecerahan.
‐ Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya.
‐ Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
‐ Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
‐ Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja ataupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
‐ Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan structural antara daerahdaerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.
den ger
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatugejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt.
Dalam hal ini Psikologi Gestalt sepen dapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.
Dalam hal ini Psikologi Gestalt sepen dapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.
den ger
Rekognisi adalah mengenal kembali sesuatu hal, benda atau orang setelah sebahagian dari padanya kelihatan atau kedengaran kembali,
seperti melihat seorang anak teringat kembali kepada bapaknya; karena anak tersebut serupa benar dengan bapaknya. Penggunaan metoda memilih (multiple choice dan atau benar salah) adalah penggunaan rekognisi.
seperti melihat seorang anak teringat kembali kepada bapaknya; karena anak tersebut serupa benar dengan bapaknya. Penggunaan metoda memilih (multiple choice dan atau benar salah) adalah penggunaan rekognisi.
den ger
Rekoleksi adalah mengingat kembali sebuah peristiwa masa lampau secara lengkap, seperti yang dilakukan oleh seorang tertuduh yang menjawab semua pertanyaan dari hakim atas semua perilakunya dalam kejahatan yang telah dilakukannya.
den ger
Situasi yang mempengaruhi proses mengingat antara lain:
1. Pembentukan satu gambaran mental dari sesuatu yang sedang diingat, seperti jalan cerita atau tokoh-tokoh dari suatu cerita.
2. Pengorganisasian bahan yang sedang dipelajari untuk diingat seperti diorganisasikan dalam bentuk satu keringkasan, satu diagram atau model.
3. Penyerapannya waktu sedang dipelajari
4. Menghapalkannya berulangkali.
1. Pembentukan satu gambaran mental dari sesuatu yang sedang diingat, seperti jalan cerita atau tokoh-tokoh dari suatu cerita.
2. Pengorganisasian bahan yang sedang dipelajari untuk diingat seperti diorganisasikan dalam bentuk satu keringkasan, satu diagram atau model.
3. Penyerapannya waktu sedang dipelajari
4. Menghapalkannya berulangkali.
den ger
Abu Ahmadi dalam bukunya “psikologi “umum mengemukakan 6 metode penyelidikan yang umumnya digunakan untuk meneliti ingatan atau memori. Keenam metode tersebut adalah :
1. Metode mempelajari (The learning method). Metode ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat sampai sejauhmana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subyek (S) untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat menimbulkan embalimateri tersebut tanpa kesalahan. Misalnya seseorang (S) disuruh mempelajari suatu syair, dan S harus dapat menimbulkan kembali syair itu tanpa ada kesalahan. Bila kriteria itu telah dipenuhi, maka diukur waktu yang diperlukan hingga mencapai kriteria tersebut. Ada orang yang cepat, tetapi ada orang yang lambat dalam penguasaan materi itu. Ini berarti bahwa
waktu atau usaha yang dibutuhkan olh subyek berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
2. Metode mempelajari kembali. (The Relearning Method). Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada satu kriteria tertentu seperti pada mempelajari materi tersebut pada pertama kali. Dalam “relearning” ternyata untuk mempelajari yang kedua kalinya materi yang sama membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk mempelajari pertama kali sampai pada suatu kriteria tertentu. Untuk mempelajari yang ketiga kalinya membutuhkan watu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mempelajari yang kedua ataupu yang
pertama kali.
3.Metode rekonstruksi. Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mengkonstruksi kembali sesuatu materi yang diberikan kepadanya.Dalam mengkontruksi ini dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada kriteria tertentu. Misalnya kepada subyek diperlihatkan gambar yang dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Sesudah gambar itu diperlihatkan kepada subyek, maka gambar tersebut dibongkar dan subyek disuruh untuk mengkontruksi kembali seperti keadaan gambar semula. Berdasarkan eksperimen, makin kompleks gambar yang harus disusun, makin lama waktu yang dibutuhkan oleh subyek untuk menyusunnya kembali.
4. Metode mengenal kembali. Metode ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar-salah atau dengan pilihan ganda. Dalam bentuk pilihan ganda dari beberapa kemungkinan jawaban, maka jawaban yang betul telah disajikan di antara beberapa kemungkina jawaban tersebut
5. Metode mengingat kembali. Metode ini ialah mengambil bentuk subyek disusruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misalnya dengan membuat karangan, atau dengan cara mengisi seperti ujian yang berbentuk essay.
6. Metode asosiasi berpasangan. Metode ini mengambil bentuk subyek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subyek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya. Bila materi tersebut telah dipelajari atau dihapalkan maka kemudian diadakan tes untuk melihat kemampuan mengingatnya. Salah satu dari bagian pasangan digunakan sebagai stimulus, dan S subyek disuruh memberikan pasangannya. Hal ini dapat berbentuk mengingat kembali, tetapi dapat juga dengan betuk mengenal kembali.
Dari uraian tentang metode-metode ingatan di atas dapat kita katakan bahwa proses memori/ingatan dalam perspektif ini sangat mekanis dan berlaku dalam tiga tahap yaitu :
1. Mencamkan suatu informasi yang berbentuk suku kata, kata, istilah, konsep,
pengalaman sehari-hari
2. Menyimpan kesan-kesan
3. Mereproduksikan kembali isi ingatan
1. Metode mempelajari (The learning method). Metode ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat sampai sejauhmana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subyek (S) untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat menimbulkan embalimateri tersebut tanpa kesalahan. Misalnya seseorang (S) disuruh mempelajari suatu syair, dan S harus dapat menimbulkan kembali syair itu tanpa ada kesalahan. Bila kriteria itu telah dipenuhi, maka diukur waktu yang diperlukan hingga mencapai kriteria tersebut. Ada orang yang cepat, tetapi ada orang yang lambat dalam penguasaan materi itu. Ini berarti bahwa
waktu atau usaha yang dibutuhkan olh subyek berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
2. Metode mempelajari kembali. (The Relearning Method). Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada satu kriteria tertentu seperti pada mempelajari materi tersebut pada pertama kali. Dalam “relearning” ternyata untuk mempelajari yang kedua kalinya materi yang sama membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk mempelajari pertama kali sampai pada suatu kriteria tertentu. Untuk mempelajari yang ketiga kalinya membutuhkan watu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mempelajari yang kedua ataupu yang
pertama kali.
3.Metode rekonstruksi. Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subyek disuruh mengkonstruksi kembali sesuatu materi yang diberikan kepadanya.Dalam mengkontruksi ini dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada kriteria tertentu. Misalnya kepada subyek diperlihatkan gambar yang dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Sesudah gambar itu diperlihatkan kepada subyek, maka gambar tersebut dibongkar dan subyek disuruh untuk mengkontruksi kembali seperti keadaan gambar semula. Berdasarkan eksperimen, makin kompleks gambar yang harus disusun, makin lama waktu yang dibutuhkan oleh subyek untuk menyusunnya kembali.
4. Metode mengenal kembali. Metode ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar-salah atau dengan pilihan ganda. Dalam bentuk pilihan ganda dari beberapa kemungkinan jawaban, maka jawaban yang betul telah disajikan di antara beberapa kemungkina jawaban tersebut
5. Metode mengingat kembali. Metode ini ialah mengambil bentuk subyek disusruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misalnya dengan membuat karangan, atau dengan cara mengisi seperti ujian yang berbentuk essay.
6. Metode asosiasi berpasangan. Metode ini mengambil bentuk subyek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subyek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya. Bila materi tersebut telah dipelajari atau dihapalkan maka kemudian diadakan tes untuk melihat kemampuan mengingatnya. Salah satu dari bagian pasangan digunakan sebagai stimulus, dan S subyek disuruh memberikan pasangannya. Hal ini dapat berbentuk mengingat kembali, tetapi dapat juga dengan betuk mengenal kembali.
Dari uraian tentang metode-metode ingatan di atas dapat kita katakan bahwa proses memori/ingatan dalam perspektif ini sangat mekanis dan berlaku dalam tiga tahap yaitu :
1. Mencamkan suatu informasi yang berbentuk suku kata, kata, istilah, konsep,
pengalaman sehari-hari
2. Menyimpan kesan-kesan
3. Mereproduksikan kembali isi ingatan
den ger
Tony Buzan memgemukakan bahwa terdapat 12 teknik terkini yang khusus yang membantu memori kita dalam menggunakan asosiasi gambaran atau lokasi (Buzan, 1996 6: 30-33) Bila kita menyusun huruf pertama dari ke 12 teknik tersebut maka dapat kita peroleh frasa :” SMASHIN SCOPE” atau dapat
diartikan dengan kesempatan mendobrak pada pandangan moral memori kita. Ke 12
teknik tersebut adalah:
1. Synaesthesia/Sensuality (Sinestesia/Sensualitas). Sinestesia merujuk pada bauran yang dirasakan oleh indera. Pengingat terkenal “alami” pada umumnya, dan semua ahli mnemonik, mengembangkan kepekaan yang semakin tinggi dari setiap indera mereka, dan kemudian membaurkan yang dirasakan indera ini untuk menghasilkan ingatan yang meningkat. Dalam mengembangkan memori kita harus meningkatkan kepekaan dan melatih secara teratur :
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Penciuman
d. Pencecapan
e. Perabaan
f. Kinestesia (kesadaran posisi dan gerakan dalam ruang)
2. Movement (gerakan). Dalam gambaran mnemonik apa pun, gerakan menambah rentangkemungkinan raksasa dari otak kita ‘menghubungkan’ dan oleh karena itu akan ingat. Kalau gambaran kita bergerak, maka buatlah menjadi gambar tiga dimensi.
3. Association (Asosiasi). Apapun yang ingin anda ingat, pastikan kita mengasosiasikan atau menghubungkan dengan sesuatu yang stabil dalam lingkungan mental kita
4. Sexuality (Seksualitas). Setiap manusia memiliki memori yang baik dalam bidang ini.
5. Humour (humor). Semakin aneh, tidak masuk akal, lucu dan tidak nyata yang kita buat, gambaran itu akan semakin mudah kita ingat
6. Imagination (imajinasi). Imajinasi sangat baik untuk diterapkan dalam teknik mengembangkan memori karena tidak ada batasan dalam imajinasi. Lain dengan pengetahuan yang sifatnya terbatas, imajinasi melampaui realitas yang sebenarnya. Dengan imajinasi ini kita dapat merangsang kemajuan serta melahirkan evolusi ilmu pengetahuan, seperti halnya yang dilakukan oleh Einstein.
7. Number (nomor). Memberi nomor menambah spesifikasi dan efisiensi pada prinsip susunan dan urutan.
8. Symbolism (Simbolisme). Menggantikan bayangan yang biasa atau membosankan dengan yang lebih berarti meningkatkan kemungkinan untuk mengingat
9. Colour (warna). Jika memadai dan memungkinkan, gunakan semua warna pelangi,untuk membuat ide berwarna-warni, sehingga mudah lebih diingat.
10. Order and/or Sequence (susunan dan atau urutan). Dalam kombinasi dengan prinsipprinsip yang lain, susunan dan/atau urutan memungkinkan jauh lebih banyak rujukan seketika, dan meningkatkan kemungkinan otak untuk ‘mengakses secara acak’
11. Positive Images (bayangan positif). Dalam bayangan yang seketika, positif dan menyenangkan adalah kondisi lebih baik untuk tujuan diingat, karena bayangan positif membuat otak ingat kembali ke bayangan itu. Bayangan negatif tertentu, walaupun menerapkan semua teknik di atas, dan walaupun bayangan itu sendiri mudah diingat, ada kemungkinann terhambat oleh otak karena otak merasa kemungkinan kembali ke bayangan seperti itu tidak menyenangkan.
12. Exaggeration (berlebih-lebihan). Dalam semua bayangan, buat ukuran, warna dan suara yang berlebihan.
diartikan dengan kesempatan mendobrak pada pandangan moral memori kita. Ke 12
teknik tersebut adalah:
1. Synaesthesia/Sensuality (Sinestesia/Sensualitas). Sinestesia merujuk pada bauran yang dirasakan oleh indera. Pengingat terkenal “alami” pada umumnya, dan semua ahli mnemonik, mengembangkan kepekaan yang semakin tinggi dari setiap indera mereka, dan kemudian membaurkan yang dirasakan indera ini untuk menghasilkan ingatan yang meningkat. Dalam mengembangkan memori kita harus meningkatkan kepekaan dan melatih secara teratur :
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Penciuman
d. Pencecapan
e. Perabaan
f. Kinestesia (kesadaran posisi dan gerakan dalam ruang)
2. Movement (gerakan). Dalam gambaran mnemonik apa pun, gerakan menambah rentangkemungkinan raksasa dari otak kita ‘menghubungkan’ dan oleh karena itu akan ingat. Kalau gambaran kita bergerak, maka buatlah menjadi gambar tiga dimensi.
3. Association (Asosiasi). Apapun yang ingin anda ingat, pastikan kita mengasosiasikan atau menghubungkan dengan sesuatu yang stabil dalam lingkungan mental kita
4. Sexuality (Seksualitas). Setiap manusia memiliki memori yang baik dalam bidang ini.
5. Humour (humor). Semakin aneh, tidak masuk akal, lucu dan tidak nyata yang kita buat, gambaran itu akan semakin mudah kita ingat
6. Imagination (imajinasi). Imajinasi sangat baik untuk diterapkan dalam teknik mengembangkan memori karena tidak ada batasan dalam imajinasi. Lain dengan pengetahuan yang sifatnya terbatas, imajinasi melampaui realitas yang sebenarnya. Dengan imajinasi ini kita dapat merangsang kemajuan serta melahirkan evolusi ilmu pengetahuan, seperti halnya yang dilakukan oleh Einstein.
7. Number (nomor). Memberi nomor menambah spesifikasi dan efisiensi pada prinsip susunan dan urutan.
8. Symbolism (Simbolisme). Menggantikan bayangan yang biasa atau membosankan dengan yang lebih berarti meningkatkan kemungkinan untuk mengingat
9. Colour (warna). Jika memadai dan memungkinkan, gunakan semua warna pelangi,untuk membuat ide berwarna-warni, sehingga mudah lebih diingat.
10. Order and/or Sequence (susunan dan atau urutan). Dalam kombinasi dengan prinsipprinsip yang lain, susunan dan/atau urutan memungkinkan jauh lebih banyak rujukan seketika, dan meningkatkan kemungkinan otak untuk ‘mengakses secara acak’
11. Positive Images (bayangan positif). Dalam bayangan yang seketika, positif dan menyenangkan adalah kondisi lebih baik untuk tujuan diingat, karena bayangan positif membuat otak ingat kembali ke bayangan itu. Bayangan negatif tertentu, walaupun menerapkan semua teknik di atas, dan walaupun bayangan itu sendiri mudah diingat, ada kemungkinann terhambat oleh otak karena otak merasa kemungkinan kembali ke bayangan seperti itu tidak menyenangkan.
12. Exaggeration (berlebih-lebihan). Dalam semua bayangan, buat ukuran, warna dan suara yang berlebihan.
den ger
solusi untuk mencegah KDRT antara lain :
1. Membangun kesadaran bahwa persoalan KDRT adalah persoalan sosial bukan individual dan merupakan pelanggaran hukum yang terkait dengan HAM.
2. Sosialiasasi pada masyarakat tentang KDRT adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan dan dapat diberikan sangsi hukum. Dengan cara mengubah pondasi KDRT di tingkat masyarakat pertama – tama dan terutama membutuhkan.
3. Adanya konsensus bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat diterima.
4. Mengkampanyekan penentangan terhadap penayangan kekerasan di media yang
mengesankan kekerasan sebagai perbuatan biasa, menghibur dan patut menerima penghargaan.
5. Peranan Media massa. Media cetak, televisi, bioskop, radio dan internet adalah macrosystem yang sangat berpengaruh untuk dapat mencegah dan mengurangi kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT). Peran media massa sangat berpengaruh besar dalam mencegah KDRT bagaimana media massa dapat memberikan suatu berita yang bisa merubah suatu pola budaya KDRT adalah suatu tindakan yang dapat
melanggar hukum dan dapat dikenakan hukuman penjara sekecil apapun bentuk dari penganiayaan.
6. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling) serta kemungkinan menempatkan dalam shelter (tempat penampungan) sehingga para korban akan lebih terpantau dan terlindungi serta konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan secara psikis.
1. Membangun kesadaran bahwa persoalan KDRT adalah persoalan sosial bukan individual dan merupakan pelanggaran hukum yang terkait dengan HAM.
2. Sosialiasasi pada masyarakat tentang KDRT adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan dan dapat diberikan sangsi hukum. Dengan cara mengubah pondasi KDRT di tingkat masyarakat pertama – tama dan terutama membutuhkan.
3. Adanya konsensus bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat diterima.
4. Mengkampanyekan penentangan terhadap penayangan kekerasan di media yang
mengesankan kekerasan sebagai perbuatan biasa, menghibur dan patut menerima penghargaan.
5. Peranan Media massa. Media cetak, televisi, bioskop, radio dan internet adalah macrosystem yang sangat berpengaruh untuk dapat mencegah dan mengurangi kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT). Peran media massa sangat berpengaruh besar dalam mencegah KDRT bagaimana media massa dapat memberikan suatu berita yang bisa merubah suatu pola budaya KDRT adalah suatu tindakan yang dapat
melanggar hukum dan dapat dikenakan hukuman penjara sekecil apapun bentuk dari penganiayaan.
6. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling) serta kemungkinan menempatkan dalam shelter (tempat penampungan) sehingga para korban akan lebih terpantau dan terlindungi serta konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan secara psikis.
den ger
Kekerasan terhadap istri menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Diantaranya adalah :
Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan itu sendiri adalah:
mengalamisakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa
tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya,mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebihbanyak waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater, dan merasa takut kehilangan pekerjaan.
Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi, anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada pasangannya apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya
Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan itu sendiri adalah:
mengalamisakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa
tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya,mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebihbanyak waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater, dan merasa takut kehilangan pekerjaan.
Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi, anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada pasangannya apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya
den ger
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan suami terhadap istri,
antara lain:
1) Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa
anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran.
2) Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.
3) Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena
merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.
4) Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri,
kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi
bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.
5) Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.
6) Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.
7) Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.
8) Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.
9) Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang
sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.
10) Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari masyarakat sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya, maupun dari pihak- pihak yang terkait yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah tangga, sehingga data kasus tentang (KDRT) pun banyak terjadi
antara lain:
1) Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa
anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran.
2) Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.
3) Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena
merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.
4) Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri,
kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi
bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan.
5) Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.
6) Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.
7) Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.
8) Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.
9) Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang
sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.
10) Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari masyarakat sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya, maupun dari pihak- pihak yang terkait yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah tangga, sehingga data kasus tentang (KDRT) pun banyak terjadi
den ger
Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan istri yang bekerja untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan, suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak memberi uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali, menuntut istri memperoleh penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri
untuk meningkatkan karirnya.
untuk meningkatkan karirnya.
den ger
Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.
den ger
Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina,berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya.Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati istri.
den ger
Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan lain-lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan kematian.
den ger
Bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri tersebut, antara lain:
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan lain-lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan kematian.
2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina, berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya. Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati istri.
3. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.
4. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan istri yang bekerja untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan, suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak memberi uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali, menuntut istri memperoleh penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya.
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik adalah suatu tindakan kekerasan (seperti: memukul, menendang, dan lain-lain) yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh istri hingga menyebabkan kematian.
2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis adalah suatu tindakan penyiksaan secara verbal (seperti: menghina, berkata kasar dan kotor) yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya. Kekerasan psikis ini, apabila sering terjadi maka dapat mengakibatkan istri semakin tergantung pada suami meskipun suaminya telah membuatnya menderita. Di sisi lain, kekerasan psikis juga dapat memicu dendam dihati istri.
3. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah suatu perbuatan yang berhubungan dengan memaksa istri untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual istri.
4. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi adalah suatu tindakan yang membatasi istri untuk bekerja di dalam atau di luar rumah untuk menghasilkan uang dan barang, termasuk membiarkan istri yang bekerja untuk di-eksploitasi, sementara si suami tidak memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebagian suami juga tidak memberikan gajinya pada istri karena istrinya berpenghasilan, suami menyembunyikan gajinya,mengambil harta istri, tidak memberi uang belanja yang mencukupi, atau tidak memberi uang belanja sama sekali, menuntut istri memperoleh penghasilan lebih banyak, dan tidak mengijinkan istri untuk meningkatkan karirnya.
den ger
Gejala-gejala istri yang mengalami kekerasan adalah merasa rendah diri, cemas, penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan, nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas. Jika anda membaca gejala gejala di atas, tentu anda akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal adalah merusak kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat dipastikan
den ger
KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga. Selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan istri. Setelah membaca definisi di atas, tentu pembaca sadar bahwa kekerasan pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga penyiksaan verbal yang sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa yang akan datang.
den ger
Pengertian kepribadian tipe A dan B pertama kali diperkenalkan oleh Frieldman dan Ray Rosenman. Mereka menyimpulkan bahwa orang yang mempunyai kepribadian tipe A sangat
kompetitif dan berorientasi pada pencapaian, merasa waktu selalu mendesak, sulit untuk
bersantai dan menjadi tidak sabar dan marah jika berhadapan dengan keterlambatan atau dengan
orang yang dipandang tidak kompeten.
Walaupun tampak dari luar tipe A sebagai orang yang
percaya diri, namun mereka cenderung mempunyai perasaan keraguan diri yang terus-menerus
dan itu memaksa mereka untuk mencapai lebih banyak dan lebih banyak lagi dalam waktu yang
lebih cepat. Secara lebih detail Frieldman dan Rosenman (dalam Attkinson, 1987: 375)
menyebutkan ciri tipe kepribadian A adalah sebagai berikut:
a. Memikirkan dan melakukan dua hal sekaligus
b. Menjadwalkan semakin banyak aktivitas dalam waktu yang semakin sempit
c. Tidak memperlihatkan atau tidak tertarik terhadap lingkungan atau keindahan
d. Menyuruh orang lain berbicara dengan cepat
e. Sangat tidak sabar jika harus mengantri atau menyetir mobil dibelakang kendaraan yang
jalannya lambat
f. Selalu menggerakkan tangan ketika berbicara
g. Sering menggoyang-goyangkan kaki dan mengetuk-ngetukkan jari
h. Pola bicara yang eksplosif dan sering berbicara cabul
i. Menjadikan selalu datang tepat waktu sebagai pemujaan
j. Sulit untuk duduk saja tanpa melakukan apapun
k. Bila bermain ingin selalu menang, walaupun bermain dengan anak-anak
l. Menilai kesuksesan diri sendiri dan orang lain dengan membandingkan jumlah (jumlah
pasien yang datang, artikel yang ditulis dan sebagainya)
m. Bila bicara sering membasahi bibir, mengangguk-anggukkan kepala, menggenggam tangan,
memukul meja atau menghela nafas
n. Tidak sabar melihat orang lain mengerjakan hal-hal yang menurut anda dapat dilakukan lebih
cepat dan baik
o. Suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis
Sedangkan orang dengan tipe kepribadian B lebih mampu bersantai tanpa merasa
bersalah dan bekerja tanpa melihat nafsu, tidak harus tergesa-gesa yang menyebabkan
ketidaksabaran dan tidak mudah marah.
Kepribadian tipe A cenderung mempunyai semangat bersaing yang tinggi dan ambisius,
berbicara dengan cepat, suka menyela pembicaraan orang lain dan sering terperangkap dalam
kemarahan yang luar biasa. Sedangkan tipe B cenderung tidak memiliki sifat yang ada pada tipe
A (Lucas & Wilson, 1992: 82)
Hanson (1986: 198-2000) memberikan uraian tentang karakteristik kepribadian tipe A dan tipe B, tipe A mempunyai ciri-ciri terburu-buru dalam menentukan sesuatu, asertif, senang dengan persaingan, perfeksionis, ambisi dan polyphasic. Sedangkan tipe B mempunyai ciri-ciri lebih santai dalam melakukan sesuatu, lebih sabar menunggu, kurang asertif, menghindari persaingan, non perfeksionis, kurang ambisi dan non polyphasic. Menurut Harlock (1974), orang-orang yang mempunyai tipe keribadian A memperlihatkan kecenderungan agresif, cepat bosan, bicara dan berjalan dengan cepat, mempunyai persaingan yang tinggi, suka menyela pembicaraan orang lain yang ambisius. Sedangkan tipe kepribadian B menunjukkan karekteristik bersikap tenang, santai, tidak terlalu memaksa diri dalam bekerja, tidak suka bersaing dan lebih bisa memahami orang lain. (Sarwono,1998: 68)
Fieldman (1985: 1999) menyebutkan individu yang mempunyai kepribadian tipe A
mempunyai ciri-ciri seperti berikut:
a. Gaya bicara tajam dan sangat agresif
b. Selalu makan, berbicara dan berjalan cepat
c. Tidak sabar terhadap orang yang lamban, suka memotong pembicaraam orang lain
d. Sering mengerjakan banyak hal dalam waktu yang bersamaan (polyphasic)
e. Egois, hanya tertarik pada pembicaraan yang berhubungan dengan dirinya dan mencoba
mengarahkan pembicaraan sesuai dengan kehendaknya
f. Merasa bersalah bila santai dan sulit tenang setelah selesai bekerja
g. Mengarah pada hal-hal yang sepatutnya dihargai
h. Tidak ada perhatian dan tidak bisa mengingat rincian suatu ruang
i. Bila disaingi tipe A lainnya akan terjadi keributan
j. Percaya bahwa keberhasilan dicapai dengan mengerjakan segala sesuatu lebih cepat,
sehingga ia terus bekerja dengan cepat
Sedangkan tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Gaya bicara lamban dan santai
b. Bebicara dan berjalan dengan santai
c. Sabar
d. Mengerjakan sesuatu pekerjaan satu persatu
e. Lebih bisa memahami orang lain
f. Bisa santai setelah selesai bekerja
g. Mengarah pada hal-hal yang memang patut dihargai
h. Selalu mengerjakan sesuatu tanpa memaksakan diri
i. Melakukan permainan untuk kesenangan, bukan kemenangan
j. Sulit untuk terus terang kerena takut menyakiti hati orang lain
Keiv & Kohan (dalam Baskorowati 1987: 62) menggambarkan tipe A sebagai individu yang mempunyai derajat dan ambisi yang tinggi, dorongan yang kuat untuk mencapai hasil dan penghargaan kompetitif serta agresif, mempunyai kompulsif untuk bekerja berlebihan. Sedangkan tipe B digambarkan sebagai individu yang santai
Arnold dan Fieldman (dalam Fieldman, 1990: 530-531) tipe A memiliki sifat yang agresif, mau menetang terhadap yang lain untuk mendapatkan apa yg diinginkan, memiliki standart yang sangat tinggi terhadap dirinya sendiri, bekerja secara berlebihan dengan kecepatan yang luar biasa, suka bersaing dan selalu terpacu dengan waktu. Tipe B cenderung mempunyai perasaan yang tertekan. Bekerja dengan lamban, bicara dengan teratur dan santai, sabar dan memiilki daya saing yang rendah.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa individu dengan tipe kepribadian A cenderung agrasif, tidak sabar, perfeksionis, ambisi yang tinggi dan polyphastic. Sedangkan tipe B cenderung tidak agresif, sabar, non perfeksionis, ambisi yang rendah dan non polyphastic
kompetitif dan berorientasi pada pencapaian, merasa waktu selalu mendesak, sulit untuk
bersantai dan menjadi tidak sabar dan marah jika berhadapan dengan keterlambatan atau dengan
orang yang dipandang tidak kompeten.
Walaupun tampak dari luar tipe A sebagai orang yang
percaya diri, namun mereka cenderung mempunyai perasaan keraguan diri yang terus-menerus
dan itu memaksa mereka untuk mencapai lebih banyak dan lebih banyak lagi dalam waktu yang
lebih cepat. Secara lebih detail Frieldman dan Rosenman (dalam Attkinson, 1987: 375)
menyebutkan ciri tipe kepribadian A adalah sebagai berikut:
a. Memikirkan dan melakukan dua hal sekaligus
b. Menjadwalkan semakin banyak aktivitas dalam waktu yang semakin sempit
c. Tidak memperlihatkan atau tidak tertarik terhadap lingkungan atau keindahan
d. Menyuruh orang lain berbicara dengan cepat
e. Sangat tidak sabar jika harus mengantri atau menyetir mobil dibelakang kendaraan yang
jalannya lambat
f. Selalu menggerakkan tangan ketika berbicara
g. Sering menggoyang-goyangkan kaki dan mengetuk-ngetukkan jari
h. Pola bicara yang eksplosif dan sering berbicara cabul
i. Menjadikan selalu datang tepat waktu sebagai pemujaan
j. Sulit untuk duduk saja tanpa melakukan apapun
k. Bila bermain ingin selalu menang, walaupun bermain dengan anak-anak
l. Menilai kesuksesan diri sendiri dan orang lain dengan membandingkan jumlah (jumlah
pasien yang datang, artikel yang ditulis dan sebagainya)
m. Bila bicara sering membasahi bibir, mengangguk-anggukkan kepala, menggenggam tangan,
memukul meja atau menghela nafas
n. Tidak sabar melihat orang lain mengerjakan hal-hal yang menurut anda dapat dilakukan lebih
cepat dan baik
o. Suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis
Sedangkan orang dengan tipe kepribadian B lebih mampu bersantai tanpa merasa
bersalah dan bekerja tanpa melihat nafsu, tidak harus tergesa-gesa yang menyebabkan
ketidaksabaran dan tidak mudah marah.
Kepribadian tipe A cenderung mempunyai semangat bersaing yang tinggi dan ambisius,
berbicara dengan cepat, suka menyela pembicaraan orang lain dan sering terperangkap dalam
kemarahan yang luar biasa. Sedangkan tipe B cenderung tidak memiliki sifat yang ada pada tipe
A (Lucas & Wilson, 1992: 82)
Hanson (1986: 198-2000) memberikan uraian tentang karakteristik kepribadian tipe A dan tipe B, tipe A mempunyai ciri-ciri terburu-buru dalam menentukan sesuatu, asertif, senang dengan persaingan, perfeksionis, ambisi dan polyphasic. Sedangkan tipe B mempunyai ciri-ciri lebih santai dalam melakukan sesuatu, lebih sabar menunggu, kurang asertif, menghindari persaingan, non perfeksionis, kurang ambisi dan non polyphasic. Menurut Harlock (1974), orang-orang yang mempunyai tipe keribadian A memperlihatkan kecenderungan agresif, cepat bosan, bicara dan berjalan dengan cepat, mempunyai persaingan yang tinggi, suka menyela pembicaraan orang lain yang ambisius. Sedangkan tipe kepribadian B menunjukkan karekteristik bersikap tenang, santai, tidak terlalu memaksa diri dalam bekerja, tidak suka bersaing dan lebih bisa memahami orang lain. (Sarwono,1998: 68)
Fieldman (1985: 1999) menyebutkan individu yang mempunyai kepribadian tipe A
mempunyai ciri-ciri seperti berikut:
a. Gaya bicara tajam dan sangat agresif
b. Selalu makan, berbicara dan berjalan cepat
c. Tidak sabar terhadap orang yang lamban, suka memotong pembicaraam orang lain
d. Sering mengerjakan banyak hal dalam waktu yang bersamaan (polyphasic)
e. Egois, hanya tertarik pada pembicaraan yang berhubungan dengan dirinya dan mencoba
mengarahkan pembicaraan sesuai dengan kehendaknya
f. Merasa bersalah bila santai dan sulit tenang setelah selesai bekerja
g. Mengarah pada hal-hal yang sepatutnya dihargai
h. Tidak ada perhatian dan tidak bisa mengingat rincian suatu ruang
i. Bila disaingi tipe A lainnya akan terjadi keributan
j. Percaya bahwa keberhasilan dicapai dengan mengerjakan segala sesuatu lebih cepat,
sehingga ia terus bekerja dengan cepat
Sedangkan tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Gaya bicara lamban dan santai
b. Bebicara dan berjalan dengan santai
c. Sabar
d. Mengerjakan sesuatu pekerjaan satu persatu
e. Lebih bisa memahami orang lain
f. Bisa santai setelah selesai bekerja
g. Mengarah pada hal-hal yang memang patut dihargai
h. Selalu mengerjakan sesuatu tanpa memaksakan diri
i. Melakukan permainan untuk kesenangan, bukan kemenangan
j. Sulit untuk terus terang kerena takut menyakiti hati orang lain
Keiv & Kohan (dalam Baskorowati 1987: 62) menggambarkan tipe A sebagai individu yang mempunyai derajat dan ambisi yang tinggi, dorongan yang kuat untuk mencapai hasil dan penghargaan kompetitif serta agresif, mempunyai kompulsif untuk bekerja berlebihan. Sedangkan tipe B digambarkan sebagai individu yang santai
Arnold dan Fieldman (dalam Fieldman, 1990: 530-531) tipe A memiliki sifat yang agresif, mau menetang terhadap yang lain untuk mendapatkan apa yg diinginkan, memiliki standart yang sangat tinggi terhadap dirinya sendiri, bekerja secara berlebihan dengan kecepatan yang luar biasa, suka bersaing dan selalu terpacu dengan waktu. Tipe B cenderung mempunyai perasaan yang tertekan. Bekerja dengan lamban, bicara dengan teratur dan santai, sabar dan memiilki daya saing yang rendah.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa individu dengan tipe kepribadian A cenderung agrasif, tidak sabar, perfeksionis, ambisi yang tinggi dan polyphastic. Sedangkan tipe B cenderung tidak agresif, sabar, non perfeksionis, ambisi yang rendah dan non polyphastic
den ger
PENGARUH-PENGARUH KONTEKSTUAL TERHADAP
PERKEMBANGAN RENTANG HIDUP
PERKEMBANGAN RENTANG HIDUP
Pengaruh kontekstual adalah pengaruh-pengaruh yang muncul dari hubungan antaraperubahan seseorang dan perubahan dunia. Pengaruh-pengaruh kontekstual mencakup factor-faktor seperti budaya, sejarah, dan peristiwa-peristiwa hidup. Paul Baltes (1979, 1987) menulis bahwa berbagai pengaruh kontekstual berinteraksi dengan cara-cara yang kompleks, di dalam proses yang mempengaruhi pola hidup individu. Baltes dan rekan (Baltes, Cornelius, dan Nesselroade, 1979) percaya adanya tiga kumpulan factor utama yang mempengaruhi perkembangan individu, yaitu:
• Pengaruh tingkatan usia normative
Pengaruh tingkatan usia normative adalah penentu normal atau khusus yang berhubungan erat dengan usia seseorang dan oleh karena itu bisa diprediksi karena hampir sama bagi sebagian orang. Beberapa diantaranya adalah biologis, seperti masa menarche (periode menstruasi pertama) dan menopause. Pengaruh-pengaruh tingkatan usia normative ini melibatkan sosialisasi dan budaya, misalnya perkawinan
• Pengaruh tingkatan sejarah normative
Adalah periatiwa-peristiwa yang banyak dialami di dalam budaya pada waktu tertentu. Misalnya biologis (contoh; kelaparan) atau lingkungan (contoh: depresi).
• Pengaruh-pengaruh non normative
Pengaruh ini merujuk ke penentu lingkungan dan biologis yang meskipun signifikan, tidak terjadi di setiap orang; atau ketika terjadi, terjadi pada usia tertentu. Dengan demikian,pengaruh-pengaruh non normative tidak dapat diprediksi. Contohnya meliputi pengangguran, memenangkan lotre, cacat lahir, dsb.
Tiga kumpulan kontekstual ini berinteraksi satu dengan yang lain dan kelihatan naik turun pada masa-masa yang berbeda di dalam kehidupan individual (Balter and Reese, 1984). Pengaruh-pengaruh tingkatan usia tampak mendominasi perkembangan konsepsi-konsepsi melalui masa kank-kanak dan pubertas, tetapi kemudian turun sampai muncul kembali pada masa tua. Pengaruh tingkatan sejarah dan non normative menjadi penentu iang lebih umum dan kuat selama masa awal dewasa dan masa tua menengah. Bagi para peneliti perkembangan rentang hidup, khususnya yang menyelidiki kehidupan orang dewasa, pengaruh-pengaruh tingkatan sejarah dan non normative adalah kekuatan yang sangat penting untuk diuji
den ger
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal yaitu:
1. Komunikasi efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikati interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau
gagasan secara bersama.
Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.
2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.
3. Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan
dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang dibawanya.
4. Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan
perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas. Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh informasi tambahan dengan segera.
5. Kesamaan karakter personal
Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya,
agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan
masing-masing.
6. Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain.
7. Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial.
8. Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk mendorong penyelesaian
1. Komunikasi efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikati interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau
gagasan secara bersama.
Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.
2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.
3. Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan
dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang dibawanya.
4. Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan
perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas. Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh informasi tambahan dengan segera.
5. Kesamaan karakter personal
Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya,
agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan
masing-masing.
6. Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain.
7. Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial.
8. Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara intelektual, sikap dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk mendorong penyelesaian
den ger
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu:
a) berdasarkan
jumlah individu yang terlibat;
b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai;
c)
berdasarkan jangka waktu; serta
d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan
hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat
diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana
setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad
menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam
hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi
(termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan
tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan
hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat
keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil
lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan
diambil melalui negosiasi).
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan
sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak
dapat dikerjakan oleh individu sendirian.
Misalnya hubungan antara pasien dengan
dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain.
Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan
tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal
dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua
orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2,
yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka
pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya
hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin
lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya
berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena
investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk
mempertahankannya.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas,
masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau
impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan
penyingkapan diri (self-disclosure).
Makin intim suatu hubungan, makin besar
kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada
jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah
banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual
a) berdasarkan
jumlah individu yang terlibat;
b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai;
c)
berdasarkan jangka waktu; serta
d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan
hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat
diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana
setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad
menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam
hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi
(termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan
tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan
hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat
keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil
lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan
diambil melalui negosiasi).
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan
sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak
dapat dikerjakan oleh individu sendirian.
Misalnya hubungan antara pasien dengan
dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain.
Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan
tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal
dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua
orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2,
yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka
pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya
hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin
lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya
berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena
investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk
mempertahankannya.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas,
masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau
impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan
penyingkapan diri (self-disclosure).
Makin intim suatu hubungan, makin besar
kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada
jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah
banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual
den ger
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa
peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,
“fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk
menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha
menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka
merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada
tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis;
b) sikap dan
pendapat (tentang orang atau objek);
c) rencana yang akan datang; d)
kepribadian;
e) perilaku pada masa lalu;
f) orang lain; serta
g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan.
Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a) keakraban;
b)
kontrol;
c)respon yang tepat; dan
d) nada emosional yang tepat.
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat
tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan
tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang
mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah
yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang
dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus
diikuti oleh respon yang sesuai dari B.
Dalam percakapan misalnya, pertanyaan
harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan
keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan
verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius
dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh
diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka
hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah
memberikan respon yang tidak tepat.
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal
adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung.
Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana
emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar
kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah
suasana emosi.
3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among
Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa
peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,
“fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk
menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha
menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka
merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada
tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis;
b) sikap dan
pendapat (tentang orang atau objek);
c) rencana yang akan datang; d)
kepribadian;
e) perilaku pada masa lalu;
f) orang lain; serta
g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan.
Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a) keakraban;
b)
kontrol;
c)respon yang tepat; dan
d) nada emosional yang tepat.
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat
tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan
tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang
mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah
yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang
dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus
diikuti oleh respon yang sesuai dari B.
Dalam percakapan misalnya, pertanyaan
harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan
keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan
verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius
dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh
diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka
hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah
memberikan respon yang tidak tepat.
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal
adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung.
Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana
emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar
kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah
suasana emosi.
3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among
Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
den ger
Pengertian Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
den ger
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas.
Setiap gangguan jiwa dinamai dengan istilah yang tercantum dalam PPDGJ-IV (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi IV) atau DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition with text revision).
Kendati demikian, terdapat pula beberapa istilah yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan gangguan jiwa :
1. Gangguan jiwa psikotik : ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas, ditandai waham (delusi) dan halusinasi, misalnya schizophrenia.
2. Gangguan jiwa neurotik : tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai realitas, terutama dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan yang menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan kompulsif
3. Gangguan jiwa fungsional : tanpa kerusakan struktural atau kondisi biologis yang diketahui dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
4. Gangguan jiwa organik : ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh suatu penyebab spesifik yang membuahkan perubahan struktural di otak, biasanya terkait dengan kinerja kognitif, delirium, atau demensia, misalnya pada penyakit Pick. Istilah ini tidak digunakan dalam DSM-IV-TR karena ia merangkum pengetian bahwa beberapa gangguan jiwa tidak mengandung komponen biologis
5. Gangguan jiwa primer : tanpa penyebab yang diketahui disebut pula idiopatik atau fungsional
6. Gangguan jiwa sekunder : diketahui sebagai sutu manifestasi simtomatik dari suatu gangguan sistemik, medis atau serebral, misalnya delirium yang disebabkan oleh penyakit infeksi otak.
Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas.
Setiap gangguan jiwa dinamai dengan istilah yang tercantum dalam PPDGJ-IV (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi IV) atau DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition with text revision).
Kendati demikian, terdapat pula beberapa istilah yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan gangguan jiwa :
1. Gangguan jiwa psikotik : ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas, ditandai waham (delusi) dan halusinasi, misalnya schizophrenia.
2. Gangguan jiwa neurotik : tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai realitas, terutama dilandasi konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan yang menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan kompulsif
3. Gangguan jiwa fungsional : tanpa kerusakan struktural atau kondisi biologis yang diketahui dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
4. Gangguan jiwa organik : ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh suatu penyebab spesifik yang membuahkan perubahan struktural di otak, biasanya terkait dengan kinerja kognitif, delirium, atau demensia, misalnya pada penyakit Pick. Istilah ini tidak digunakan dalam DSM-IV-TR karena ia merangkum pengetian bahwa beberapa gangguan jiwa tidak mengandung komponen biologis
5. Gangguan jiwa primer : tanpa penyebab yang diketahui disebut pula idiopatik atau fungsional
6. Gangguan jiwa sekunder : diketahui sebagai sutu manifestasi simtomatik dari suatu gangguan sistemik, medis atau serebral, misalnya delirium yang disebabkan oleh penyakit infeksi otak.
den ger
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan dalam membunuh mikroorganisme patogen. Disenfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfectant dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. (Signaterdadie, 2009)
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Disinfectant dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi. (Signaterdadie, 2009)
den ger
- Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmojdo, 2003).
- Pendidikan adalah usaha dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008).
- Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengn nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Faud Ihsan, 2010).
- Kamus Besar Bahasa Indonesia : pendidikan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, pembuatan mendidik.
den ger
PERKEMBANGAN MASA REMAJA
Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14 tahun) sampai usia sekitar 18- masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini :
Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14 tahun) sampai usia sekitar 18- masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini :
- Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya.
- Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau music, yang semuanya harus mutakhir.
- Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitas. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
- Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tuanya (Arifin, Syamsul, 2010).
den ger
Adapun tugas perkembangan pada masa remaja secara umum antara lain :
- Menerima keadaan jasmani yang sebenarnya dan memanfaatkan.
- Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya antara dua jenis kelamin.
- Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua.
- Mendapatkan perangkat nilai hidup dan filsafat hidup.
- Memiliki citra diri yang realistis. (Pieter, S.psi, Herri Zan, 2010 : 180)
den ger
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN SADARI
PENGERTIAN SADARI
Dapat mendeteksi ketidaknormalan atau perubahan yang terjadi pada payudara.
1.Ciri-ciri Tumor Payudara
WAKTU MELAKUKAN SADARI
Beberapa cara melakukan pijatan payudara
A.Ke atas kebawah (Up and Down)
B.Pijatan menuju puting (Wedge)
C.Pijatan melingkar (Circular)
PENGERTIAN SADARI
- Usaha atau cara pemeriksaan payudara yang secara teratur dan sistematik oleh wanita itu sendiri yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari program screening atau deteksi dini. (Romauli, Suryati, 2009 : 166)
Dapat mendeteksi ketidaknormalan atau perubahan yang terjadi pada payudara.
1.Ciri-ciri Tumor Payudara
- Adanya benjolan
- Keras
- Dan mastalgia (rasa sakit) pada payudara (Nugroho, 2010)
- Adanya benjolan di payudara
- Adanya borok atau luka yang tidak sembuh (Romauli, Suryati, 2009 : 165)
- Keluar cairan yang tidak normal dari putting susu, cairan berupa nanah, darah, cairan encer atau keluar air susu pada wanita yang tidak hamil dan menyusui
- Perubahan bentuk dan besarnya payudara
- Kulit putting susu dan areola menekuk ke dalam atau berkerut
- Nyeri dipayudara (Setiati, Eni, 2009:51).
- Pola makan yang tidak baik atau mengkonsumsi lemak terlalu banyak
- Merokok
- Minum minuman alcohol
- Tidak menyusui (ibu menyusui yang ASInya tidak disusukan)
- Faktor keturunan
WAKTU MELAKUKAN SADARI
- Dengan mengikuti cara yang sama setiap bulan, sekitar 1 minggu sesudah menstruasi terhitung sejak hari pertama pada waktu payudara dalam keadaan tidak membengkak. Pada wanita yang umurnya lebih dari 20 tahun, melakukan SADARI tiap 3 bulan sekali. (Saryono, 2009)
- Kanker payudara kebanyakan dialami oleh wanita yang usianya 20-40 tahun.
Beberapa cara melakukan pijatan payudara
A.Ke atas kebawah (Up and Down)
B.Pijatan menuju puting (Wedge)
C.Pijatan melingkar (Circular)
den ger
CIRI-CIRI MASA REMAJA
Hurclock (1994) mengemukakan berbagai ciri-ciri dari remaja sebagai berikut :
a. Masa Remaja adalah Masa Peralihan
Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan keperkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan seorang anak juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan masa sangat strategis, karena member waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.
b. Masa Remaja adalah Masa terjadi Perubahan
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat; perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap menjadi ambivalen).
c. Masa Remaja adalah Masa yang Penuh Masalah
Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa Remaja adalah Masa Mencari Identitas
Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.
e. Masa Remaja sebagai Masa yang Menimbulkan Ketakutan
Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan selalu mencurigai remaja, sehingga menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.
f. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya sendiri, baik dalam melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa
Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha member kesan sebagai seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.
h. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya menbentuk sikap, nilai dan minat baru.
Hurclock (1994) mengemukakan berbagai ciri-ciri dari remaja sebagai berikut :
a. Masa Remaja adalah Masa Peralihan
Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan keperkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan seorang anak juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan masa sangat strategis, karena member waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.
b. Masa Remaja adalah Masa terjadi Perubahan
Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pesat; perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap menjadi ambivalen).
c. Masa Remaja adalah Masa yang Penuh Masalah
Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya, terkadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa Remaja adalah Masa Mencari Identitas
Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.
e. Masa Remaja sebagai Masa yang Menimbulkan Ketakutan
Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit, karena orang tua yang memiliki pandangan seperti ini akan selalu mencurigai remaja, sehingga menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara orang tua dengan remaja.
f. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya sendiri, baik dalam melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang ia harapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa
Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha member kesan sebagai seseorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak.
h. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya menbentuk sikap, nilai dan minat baru.
den ger
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal periode antepartum (Varney, 2006). Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewah bagi seorang calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupan (Weni,2010).
den ger
- Tetapkan posisi bahu dan siku
- Letakkan pita antara bahu dan siku.
- Tentukan titik tengah lengan.
- Lingkaran pita LILA pada tengah lengan.
- Pita jangan telalu ketat.
- Pita jangan terlalu longgar.
- Cara pembacaan skala yang benar. (Arisman, 2007)
den ger
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalan pengukuran LILA
- Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
- Lengan harus dalam posisi bebas.
- Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang.
- Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya tidak rata (Arisman, 2007).
Langganan:
Postingan (Atom)