Penyakit Jantung dan Tekanan Darah Tinggi
Penyakit jantung dan hipertensi adalah penyakit yang disebabkan gaya hidup. Berbagai faktor penyebab, seperti diet yang buruk, merokok, kurang olahraga, dan stres, mempunyai hubungan erat dengan kejadian penyakit ini. Di Indonesia terdapat beberapa jenis penyakit jantung. Paling tinggi jumlah penderitanya adalah penyakit jantung koroner, jantung rematik, jantung hipertensif, dan penyakit jantung kongenital (akibat bawaaan) seperti yang diakibatkan kelainan paru (misalkan kardiomiopati yang berhubungan dengan kanker paru).
Penyakit jantung rematik banyak ditemukan pada masyarakat kelas bawah. Hal ini disebabkan pola hidup yang kurang bersih, yang membuat kuman Streptococus hemoliticus menyerang bagian katup jantung, sehingga jantung mengalami kepayahan. Penyakit ini banyak diderita oleh kaum muda dan wanita. Jenis lain yang bersifat hipertensif terjadi akibat komplikasi yang ditimbulkan tekanan darah yang meninggi, sehingga jantung kecapaian dan membengkak. Penyakit darah tinggi juga menggangu pembuluh darah koroner di jantung, sehingga menimbulkan penyakit jantung koroner yang harus “di-by pass” melalui operasi.
Komplikasi lain yang disebabkan tekanan darah tinggi adalah cacat otak permanen akibat perdarahan (stroke). Cacat otak menyebabkan tubuh lumpuh separuh. Serangan darah tinggi ini juga bisa menyebabkan kerusakan ginjal, meskipun kasus ini jarang ditemui di Indonesia. Dalam literatur, kasus ini memang ada. Hanya, karena bangsa Indonesia dianggap masih rawan gizi, penyakit ini tidak terdata dengan baik. Padahal, sejalan dengan perkembangan zaman, jenis penyakit ini pun mulai terangkat ke permukaan.
Pada kejadian serangan jantung, saat serangan pertama, penderita biasanya masih bisa diselamatkan jika pertolongan darurat segera dilakukan. Namun, jika serangan semakin sering, sulit sekali untuk dikendalikan. Penyakit jantung akut biasanya banyak dialami oleh golongan masyarakat kelas atas.
Menurut data dari berbagai rumah sakit, sejak tahun 1970 hingga kini angka kematian mendadak akibat kedaruratan jantung (anvaal), yang dalam bahasa medisnya disebut infark miocard accut, rata-rata 25% dari keseluruhan penyakit dialami penderita sakit jantung. Enam puluh persen dari jumlah itu mengalami kematian sebelum pertolongan pertama. Karenanya, mencegah dan mendeteksi sejak dini lebih aman dibandingkan dengan jika keadaan sudah parah.
Saat ini sudah tersedia obat-obatan untuk penderita sakit jantung, hipertensi, dan stroke. Obat-obatan ini harganya relatif mahal, sehingga sulit dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah atau pas-pasan. Di samping itu, obat-obatan anti-hipertensi dan jantung, sekecil apa pun bentuknya memiliki efek samping. Berbeda dengan obat tradisional yang sudah terpakai secara turun-temurun, selain harganya relatif murah karena bahannya mudah didapat, efek sampingnya hampir tidak terasa.
Pengembangan obat-obatan tradisional memang perlu dilakukan mengingat hampir seluruh suku bangsa yang tinggal di seluruh pelosok Tanah Air telah mengenal dan menggunakannya.
Contohnya,
- Masyarakat Makassar, Sulawesi Selatan, menurunkan tekanan darah dengan meminum air rebusan 30-40 lembar daun murbei (Morus alba L). mereka meminumnya setiap hari hingga tekanan darah menurun dan gejalanya berupa pusing, hilang sama sekali.
- Masyarakat Lombok menurunkan tekanan darah dengan meminum obat dari biji kecipir tua. Biji kecipir itu disangrai atau digongseng dan ditumbuk hingga halus, kemudian diseduh seperti kopi.
- Masyakarat Jawa sering membuat ramuan dari bahan tanaman obat digitalis untuk penyakit jantung mengipas yang gejalanya seperti masuk angin dan penderita merasa sesak.
- Masyarakat Mojokerto, Jawa Timur, mengandalkan kunyit untuk melarutkan kadar kolesterol dalam darah yang menyumbat penyakit pembuluh darah. Dengan demikian, obat tradisional yang murah terbukti mampu menyaingi obat-obatan kimia, baik impor maupun lokal.
0 comments:
Posting Komentar