Promosi Kesehatan Bidan Pada bayi
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidupMenyadari kondisi tersebut, Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan “Making Pregnancy Safer (MPS)” melalui tiga pesan kunci. Demikian penegasan Menkes Dr. Achmad Sujudi pada pembukaan Seminar Pendekatan dan Praktik Terbaik Kesehatan Maternal dan Neonatal di Jakarta tanggal 10 Mei 2004.
Beberapa promosi yang dilakukan dalam menangani bayi baru lahir :
- 1. Dalam Pemberian ASI
- 2. Mempromosikan vaksinasi
- 3. Perawatan tali pusat
- 1. Dalam Pemberian ASI
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
- Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.
- Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
- Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
- Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
- Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
- Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
- Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
- Memberikan kolustrum dan ASI saja.
- Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
- Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
- Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
- Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :
1. Posisi berbaring miring
2. Posisi duduk
3. Posisi ibu tidur telentang
Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.
Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan pada/ sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi.
Tidur telentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.
Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain:
a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu;
b) Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara;
c) Areola tidak akan tampak jelas;
d) Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya;
e) Bayi terlihat senang dan tenang;
f) Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.
- Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.
Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.
Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.
Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar.
- Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
- Memberikan kolustrum dan ASI saja.
- Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
- 2. Mempromosikan vaksinasi
Tujuan Imunisasi adalah agar tumbuh kembang terhadap penyakit tertentu, kekbalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
- Terdapat tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi
- Potensi anti gen yang disuntikan.
- Waktu antara pemberian imunisasi
a, Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah penyakit TBC yang berat, imunisasi ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberiannya 1 kali pada umur 0-11 bulan namun pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Cara pemberiannya melalui intradermal dengan dosis 0,05 cc. Efek sampingnya dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi Limfadenitis regional dan reaksi panas.
b. Imunisasi DPT ( Diphteri,Pertusis, dan tetanus)
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit Dipteri. Merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, akan tetapi masih dapat merangsang pembentukkan zat anti ( toksoid). Frekuensi pemberian yaitu 3 kali dengan maksud pemberian pertama tahap pengenalan terhadap vaksin untuk mengaktifkan organ tubuh membuat zat aktif, pemberian kedua dan ketiga dimaksudkan untuk terbentuknya zat aktif yang cukup. Waktu pemberian antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara Pemberian melalui intramuscular dengan dosis 0,5 cc. Efek samping yang ringan pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan serta demam. Efek samping berat menangis hebat kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, kejang, ensephalopati, dan shock.
c.Imunisasi campak
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. vaksin ini mengandung virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian 1x. waktu pemberian pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian melalui subcutan dengan dosis 0,5 cc efek samping terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.
d. Hepatitis B
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Vaksin ini mengandung HbsAG dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian 3x. waktu pemberian umur 0-11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian intramuscular dengan dosis 0,5 cc.
e. Imunisasi MMR (measles,Mumps, dan rubella)
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit campak (measles) gondong, parotis epidemika (mumps) dan rubella (campak jerman). Antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA27/3 dan virus gondong tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interverensi dengan antibody maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dil;akukan MMR pada usia 15-18 bulan.
f. Imunisasi tiphus abdominalis
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit tifus abdominalis. Di Indonesia terdapat 3 jenis vaksin tifus abdominalis diantaranya:
- kuman yang dimatikan, diberikan untuk bayi 6-12 bulan dengan dosis 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, 2-12 tahun diberikan sebanyak 2x dengan interval 4 minggu.
- kuman yang dilemahkan (vivotif, berna), dapat diberikan dalam bentuk kapsul enteric coated sebelum makan pada hari ke-1, 2 dan 5 pada anak usia 6 tahun
- antigen kapsular Vi polysaccaharide (Typhim Vi, Pasteur Meriux) diberikan pada usia 2 tahun dan dapat diulang tiap 2 tahun.
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah penyakit varicella (cacar air) vaksin ini mengandung virus hidup varicella zoozter strain OKA yang dilemahkan, pemberiannya tunggal pada usia 12 tahun didaerah tropic dan bila usia 13 tahun dapat diberikan 2x suntikan interval 4-8 minggu.
h. Imunisasi hepatitis A
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. diberikan pada usia 2 tahun untuk pemberian awal menggunakan vaksin havrix (isinya virus hepatitis A strain M75 yang inactivated aktif) dengan 2 suntikan interval 4 minggu dan boster 6 bulan kemudian.
i. Imunisasi HiB ( Haemophilus Influenzae Tipe B)
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. mengandung vaksin berbentuk polisakarida murdi (PRP: purified capsular polysaccharide) kuman H. influenza tipe B antigen dalam vaksiun tersebut dapat dikonjugasi dengan protein lain seperti toxoid tetanus (PRP-T), toxoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman monongococus (PRP-OMPC) pemberian awal PRP-T dilakukan 3x suntikan interval 2 bulan. Suntikan PRP-OMPC dilakukan 2x suntikan interval 2 bulan kemudian bosternya diberikan pada usia 18 bulan.
j. Imunisasi polio
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kemlumpuhan pada anak kandungan vaksinnya virus yang dilemahkan frekuensi pemberian 4x waktunya pada umur 0-11 bulan dengan interval 4 minggu cara pemberian melalui oral.
Di Negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana yang telah ditentukan oleh WHO yaitu BCG, DPT, Campak , polio dan ditambah lagi dengan imunisasi
hepatitis B.
3.Perawatan tali pusat
Langkah-langkah perawatan pusar bayi adalah :
1. | Bersihkan area pusar dengan bola kapas lembut yang telah dicelupkan air matang. Lakukan dengan lembut, tidak perlu menggosok atau mendorong pusar. Kemudian keringkan dengan handuk lembut. |
2. | Ganti pembalut pusar bayi dengan kain kasa baru. Tidak perlu panik melihat tetesan darah yang kemudian menghitam, terutama di minggu pertamanya. Pada saat ini, pusar bayi yang baru lahir biasanya masih tampak seperti luka. |
3. | Kenakan popok dengan cara melipat bagian atasnya menjauhi pusar untuk menghindari rembesan urin mengenai pusar. |
Jaga kebersihan area pusar dan sekitarnya, serta upayakan selalu dalam keadaan kering. | |
Gunakan kapas baru pada setiap basuhan. | |
Agar tali pusar lebih cepat lepas, gunakan kain kasa pada bagian pusar yang terus dibalut sehingga mendapat udara cukup. | |
Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin. | |
Agar praktis, kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar. | |
Lakukan acara bersih-bersih ini 1-2 kali sehari. |
Ditulis oleh Rahma Windy Hapsari dkk
NIM S.08.370
Kelas C
Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
Sebagai Tugas Mata kuliah Promosi Kesehatan
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 11-17)
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.(bab 8, hlm: 1-4)
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum. (hlm: 18-21)
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 10-15)
Alimul, Aziz Hidayat (2005), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Surabaya : Salemba Medica
0 comments:
Posting Komentar