Infolinks In Text Ads

Penyakit yang sering dikaitkan dengan penggunaan antibiotik

1). Faringitis akut

Faringitis akut atau radang faring akut sebagian besar disebabkan virus, sedangkan jenis bakterinya antara lain streptokokus beta hemolitikus grup A, streptokokus grup C, kuman anaerob dan campuran berbagai kuman. Sulit membedakan apakah penyebabnya virus atau bakteri, namun kebanyakan faringitis akut akan sembuh sendiri.

Kuman streptokokus beta hemolitikus grup A bila dibiarkan dapat menyebabkan penyakit berbahaya, jadi pada kasus ini antibiotik perlu diberikan. Gejalanya; plak pada amandel anak, kelenjar getah bening leher bagian depan membengkak, tidak disertai batuk, dan suhu meningkat hingga 380C. Bila ditemukan tiga dari empat gejala tersebut, kemungkinan penyebab kuman itu mencapai 75 persen. Antibiotik yang diberikan antara lain golongan penisilin V diminum sepuluh hari atau Benzathine penicilin G disuntikkan satu kali. Pilihan
obat lain yang bisa digunakan adalah Eritromisin. Faringitis akut yang lain cukup diobati dengan obat pereda gejala (simptomatik).

2). Otitis media akut (radang telinga tengah)

Otitis media akut (OMA) sering ditemukan pada anak usia 7 bulan – 3 tahun. Penyebabnya bakteri dan virus. Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas seperti batuk pilek. Gejalanya gendang telinga membenjol, ada cairan keruh di rongga telinga tengah. Kecurigaan bisa bertambah pada anak yang orangtuanya perokok, menggunakan dot atau empeng, atau dititipkan di Tempat Penitipan Anak. Gejalanya mendadak dengan keluhan sakit telinga dan keluar cairan dari telinga. Bila diperiksa, membran timpani tampak berwarna kuning atau kemerahan serta ada cairan di rongga telinga tengah.

Umumnya OMA sembuh tanpa antibiotik, namun masih banyak dokter meresepkan antibiotik. Alasan tersering adalah orangtua minta antibiotik. Banyak orangtua tidak sabar menunggu hasil terapi simptomatik dan tidak tega
melihat anaknya gelisah akibat penyakitnya.

Jika pun harus diberikan antibiotik, pilihan pertama adalah obat turunan penisilin, sefalosporin, kotrimoksazol, dan makrolid. Ada pula dokter yang menunggu hingga 2-4 hari untuk melihat perkembangan penyakitnya. Kecuali, untuk anak di bawah usia 6 bulan, antibiotik wajib diberikan meski diagnosis belum tepat benar.

3). Rinosinositis akut (radang sinus dan hidung)

Sinusitis adalah peradangan sinus hidung yang hampir selalu berawal atau dimulai dengan radang hidung (rinitis) alias pilek. Sinusitis yang disebabkan bakteri sering didahului oleh infeksi virus, tetapi dapat pula menyertai kondisi lain seperti alergi hidung, kelainan anatomi hidung, polip, daya tahan kurang, rinitis karena obat, atau ada fungsi lapisan hidung yaitu mukosiliar yang terganggu.

Kuman yang sering menyebabkan sinusitis adalah Streptoccocus pneumoniae dan Hemophilus influenza, dapat pula Morazella catarrhalis, Staphyloccocus aureus, kuman anaerob ataupun virus, jarang oleh jamur. Gejalanya mirip batuk pilek biasa disertai hidung mampet, lendir di tenggorokan, nyeri pada wajah. Diagnosisnya tidak mudah dan kuman penyebab sering berbarengan antara virus dan bakteri. Namun, cairan hidung yang kental dan keruh disertai gejala batuk pilek yang mulai menyembuh tapi menjadi berat lagi lebih mengarah pada infeksi bakterial.

4). Bagaimana pemberian antibiotik ?

Banyak kasus sembuh sendiri tanpa pemberian antibiotik. Dengan atau tanpa antibiotik, kasus rinosinusitis membaik dalam 7 -10 hari. Bila 7-11 hari belum ada perbaikan, antibiotik dapat diberikan. Pilihannya adalah penisilin, makrolid, sefalosporin, dan kotrimoksazol. Antibiotika harus diminum selama 7-14 hari tetapi ada yang
mengatakan hingga 21 hari. Obat Antihistamin dan dekongestan atau kombinasinya serta pengencer dahak masih diragukan efektivitasnya namun cukup melegakan.

5). Infeksi lain

Infeksi seperti infeksi kulit dan jaringan lunak, pneumonia atau radang paru-paru, infeksi saluran cerna, infeksi saluran kemih perlu juga mempertimbangkan apakah bakteri adalah biang keladi di balik semua itu.

0 comments:

Posting Komentar