Infolinks In Text Ads

PERAN FUNGSI KADER

Kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan (Efendi Ferry dan Makhfudli, 2009: 289). Tugas-tugas kader meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan masyarakat,

tetapi hanya terbatas pada bidang-bidang atau tugas-tugas yang pernah diajarkan kepada mereka. Mereka harus benar-benar menyadari tentang keterbatasan yang mereka miliki. Mereka tidak diharapkan mampu menyelesaikan semua masalah yang dihadapinya. Namun, mereka diharapkan mampu dalam menyelesaikan masalah umum yang terjadi di masyarakat dan mendesak untuk diselesaikan. Perlu ditekankan bahwa para kader kesehatan masyarakat itu tidak bekerja dalam sistem yang tertutup, tetapi mereka bekerja dan berperan sebagai seorang pelaku sistem kesehatan. Oleh karena itu, mereka harus dibina, dituntun, serta didukung oleh pembimbing yang terampil dan berpengalaman (Syafrudin dan Hamidah, 2009: 177).

Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
  • Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
  • Pengamanan terhadap masalah kesehatan di desa
  • Upaya penyehatan lingkungan
  • Peningkatan kesehatan ibu,bayi dan anak balita
  • Pemasyarakatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). (Meilani Niken, dkk, 2009: 130).

Untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi, bidan haruslah dapat bekerja sama denga masyarakat. Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi dini tanda bahaya dalam kehamilan meliputi faktor risiko ibu hamil diantaranya:

  • Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
  • Anak lebih dari 4.
  • Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
  • Tinggi badan kurang dari 145 cm.
  • Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas < 23,5 cm.
  • Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
  • Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
  • Sedang atau pernah menderita penyakit kronis, antara lain: tuberculosis, kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (diabetes mellitus, sistemik lupus dll) tumor dan keganasan.
  • Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, ketuban pecah dini dll.
  • Riwayat persalinan berisiko: persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksi vakum/forceps.
  • Riwayat nifas berisiko: perdarahan pascapartum, infeksi masa nifas, psikosis postpartum.
  • Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat congenital.
  • Perdarahan lewat jalan lahir (hamil muda dan tua).
  • Bengkak di kaki, tangan , wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang.
  • Demam tinggi atau demam lebih dari 2 hari.
  • Keluar cairan berbau dari jalan lahir .
  • Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.
  • Ibu muntah terus dan tidak mau makan.
  • Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit.
  • Mengalami gangguan jiwa. (Meilani Niken, dkk)

0 comments:

Posting Komentar