Infolinks In Text Ads

Faktor Akibat Hipertensi Terjadi Peningkatan Tekanan Darah di Dalam Arteri

Berdasarkan Faktor Akibat Hipertensi Terjadi Peningkatan Tekanan Darah di Dalam Arteri Dengan Beberapa Cara diantaranya:
1.Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
2.Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu, darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya darah.
3.Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
4.Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang. Maka, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan dari sirkulasi. Tekanan darah pula akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Berdasarkan Faktor Pemicu
Berdasarkan faktor pemicu yang menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) mengatakan hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80 % kasus hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini kian menguatkan bahwa faktor genetik mempunyai peran bagi terjadinya hipertensi.
Faktor-faktor yang dapat dikontrol antara lain kegemukan atau obesitas, stres, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stres dan hipertensi diduga terjadi melalui aktivitas saraf simpatis, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktvitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Stres berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan penderita yang mempunyai berat badan normal. Pada tahap lebih jauh, hipertensi bisa memunculkan krisis. Krisis hipertensi adalah keadaan potensial yang dapat mengancam jiwa sehingga memerlukan tindakan medis untuk mencegah atau mengurangi kerusakan organ yang dapat terkena, yakni organ target seperti, otak, jantung, ginjal, dan lain-lain. Benar bahwa biasanya tekanan darah dalam krisis hipertensi meningkat secara cepat dan biasanya tekanan diastolik (tekanan yang angkanya ditulis: 120/80 mmHg, 80 mmHg adalah tekanan diastolik) biasanya melebihi 120-130 mmHg.

Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi bukanlah penyebab dari timbulnya penyakit hipertensi. Faktor resiko hanyalah pemicu munculnya suatu penyakit.
Menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) faktor resiko timbulnya hipertensi ada 2 yaitu: faktor genetik dan lingkungan. Penjelasan dari kedua faktor tersebut menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) adalah sebagai berikut:

A.Faktor Genetik
Faktor genetik di sini merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor genetik ini memainkan peran penting dalam hipertensi primer (esensial). Penelitian yang berkembang tengah memfokuskan pada faktor genetik yang mempengaruhi sistem renin-angiostensin-aldosteron. Sistem inilah yang membantu dalam pengaturan tekanan darah dengan mengontrol keseimbangan garam dan keluwesan dari arteri. Faktor-faktor tersebut meliputi beberapa hal seperti di bawah ini:

1.Faktor Usia
Hipertensi umumnya berkembang diusia antara 35-55 tahun. Semakin tua usia seseorang, maka pengaturan metabolisme zat kapurnya (kalsium) terganggu. Hal ini menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran darah. Akibatnya, darah menjadi lebih pekat dan tekanan darah meningkat.
Endapan kalsium di dinding pembulu darah (arterioklerosis) menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Aliran darah pun menjadi terganggu dan memacu peningkatan tekanan darah darah. Pertambahan usia menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak lagi lentur malah cenderung kaku sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar. Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat sehingga tekanan meningkat. Pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah pembuluh arteri, maka tekanan sistolik yang meningkat tinggi.

2.Faktor Keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga. Jika kedua orang tua menderita hipertensi, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Kasus hipertensi juga banyak ditemukan pada kembar monozigotik, apabila salah satunya menderita hipertensi. Ini menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam kemumculan penyakit hipertensi.
Perlu diketahui bahwa terdapat dua gen yang diduga berperan dalam timbulnya hipertensi, yaitu NPPA dan NPPB. Kedua gen tersebut membuat tubuh kelebihan sodium. Pengidap hipertensi berpeluang besat menderita penyakit stroke, serangan jantung, gagal jantung, maupun gagal ginjal. Para peneliti mengemukakan bahwa penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan. Orang-orang yang memiliki kedua gen tersebut berpotensi terkena hipertensi 18% lebih tinggi daripada mereka yang hanya memiliki salah satu gen tersebut atau yang tidak memilikinya sama sekali. Kedua gen tersebut memproduksi peptide natriuretik, yaitu sejenis protein yang berpengaruh meregangkan pembuluh darah dan membuang garam (sodium) melalui urin.

3.Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam daripada orang yang berkulit putih. Penyebabnya secara pasti belum diketahui. Tetapi pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopressin lebih besar.
Di beberapa Negara pernah dilakukan penelitian yang menunjukkan bahwa ras dengan kulit berwarna mempunyai faktor lebih tinggi terkena hipertensi. Faktor suhu mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah, seperti yang ditunjukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang pada orang Amerika berkulit putih. Etnis Amerika keturunan Afrika menempati posisi tertinggi terkena hipertensi.

4.Jenis Kelamin
Pada umumnya resiko hipertensi pada pria lebih tingg dari pada wanita. Namun, pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat. Ini berkaitan dengan masa pramenopause yang dialami perempuan yang mengakibatkan tekanan darah cenderung naik. Sebelum menopause wanita relatif terlindung oleh penyakit kardiovaskuler karena adanya hormon ekstrogen. Sementara itu, kadar estrogen menurun pada wanita yang memasuki masa menopause. Dengan demikian, resiko hipertensi pada wanita usia di atas umur 65 tahun menjadi lebih tinggi.

B.Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat meningkat resiko penyakit hipertensi. Faktor lingkungan di sini meliputi faktor-faktor yang dapat dimodifikasi. Dengan demikian, suatu perubahan gaya hidup dan lingkungan dimungkinkan dapat menurunkan potensi terkena hipertensi. Faktor lingkungan tersebut antara lain stres, obesitas, kurang olah raga, dan lain-lain.

1.Stres dan Beban Mental
Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui aktivitas simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Jika stres terjadi secara terus-menerus, maka akan mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi.
Seperti telah kita tahu, cepat atau lambat denyut jantung dipengaruhi oleh hormon adrenalin. Peningkatan hormon adrenalin akan meningkat denyut jantung dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Pengeluaran hormon ini diatur oleh saraf simpatis. Saraf simpatis ini bekerja keras pada orang yang berada dalam kondisi stres atau mengalami tekanan mental. Karena itulah orang yang berada dalam kondisi stres atau mengalami tekanan mental. Jantungnya terjebak kemacetan, menemui masalah yang sulit, menghadapi ujian, dan sebagainya. Ketegangan yang berlarut-larut dapat meningkatkan resiko hipertensi.

2.Konsumsi Makanan Berlebih dan Obesitas
Kadar lemak dalam tubuh maksimum adalah 150 mg/dl. Kandungan lemak baik (HDL) optimum adalah 45 mg/dl. Sementara kandungan LDL maksimum 130 mg/dl. Konsumsi makanan berlebih dapat meyebabkan kegemukan atau obesitas. Obesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru, dan hati). Hal ini menyebabkan jaringan tidak aktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Selain itu, obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan. Biasanya kelebihan tersebut sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. Pada orang yang menderita obesitas organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, orang dengan obesitas akan lebih cepat gerah dan lelah. Akibatnya dari obesitas, para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes mellitus.
Obesitas sendiri lebih banyak terjadi pada orang dengan gaya hidup pasif (kurang olahraga). Jika makanan yang dikonsumsi lebih banyak mengandung kolesterol dapat menimbulkan penimbunan lemak di sepanjang pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi kurang lancar. Kolesterol memang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi dalam jumlah tertentu.
Orang yang memiliki kelebihan lemak (hiperlipidemia), berpotensi mengalami penyumbatan darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh terganggu. Penyempitan dan sumbatan oleh lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya, tekanan darah meningkat, maka terjadilah hipertensi.

3.Merokok
Seperti telah diketehui oleh masyarakat pada umumnya, rokok mengandung ribuan zat kimia bebahaya tersebut anatara lain nikotin, tar, dan meningkatkan kekentalan darah. Ini mengakibatkan jantung harus memompa darah lebih kuat lagi.
Sementara nikotin dapat memicu pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti hormon adrenalin. Hormon tersebut dapat memacu jantung untuk berdetak lebih kencang, yaitu 10 hingga 20 kali lipat per menit. Ini meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Akibatnya, volume darah meningkat dan jantung menjadi lebih cepat lelah.
Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah. Akibatnya, darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Seperti yang terjadi pada pengaruh zat sebelumnya, penempelan tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi. Lambat laun, tekanan darah pun akan meningkat. Tidak hanya perokok aktif saja yang berpotensi terkena hipertensi, tetapi juga perokok pasif. Risiko hipertensi pada perokok pasif dua kali lipat dari perokok aktif.

4.Konsumsi Alkohol
Alkohol dapat mengganggu sistem kerja saraf pusat maupun saraf tepi. Jika kerja saraf simpatis terganggu, maka akan terjadi gangguan pula pada pengaturan tekanan darah. Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol dengan kadar yang tinggi akan memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan jumlahnya mencukupi. Ini berarti juga terjadi peningkatan tekanan darah.

5.Kelainan Ginjal
Hipertensi dapat disebabkan oleh adanya penurunan massa ginjal yang dapat berfungsi dengan baik, kelebihan produksi angiotensin, dan aldosteron serta meningkatnya hambatan aliran darah dalam arteri ginjal. Penurunan fungsi ginjal dalam menyaring darah, menyebabkan sisa metabolisme yang seharusnya dibuang ikut beredar kembali ke bagian tubuh yang lain. Akibatnya, volume darah total meningkat sehingga darah yang dikeluarkan jantung juga meningkat.

6.Kebiasaan Minum Kopi
Hipertensi dapat dipicu pula oleh kebiasaan minum kopi. Kopi mengandung kafein. Kafein dalam kopi dapat memacu kerja jantung dalam memompa darah. Peningkatan tekanan dari jantung diteruskan pada arteri sehingga tekanan darah meningkat.

7.Kurang Olahraga
Olahraga lebih sering dihubungkan dengan pengobatan hipertensi. Hal ini dikarenakan olahraga yang teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga bermanfaat menurunkan obesitas dan dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

0 comments:

Posting Komentar