Infolinks In Text Ads

Asuhan Keperawatan Gastro Enteritis (GE)

Gastroenteritis secara klinik dibedakan 2 jenis :
  1. Gastroenteritis disentriform: disebabkan antara lain oleh sigella, salmonella, 'Entamoeba hystoliticia'
  2. Gastroenteritis koleriform: disebabkan antara lain oleh vibrio, 'Escherecia coli', klostridia dan intoksikasi makanan
Kedua bentuk ini dapat menyebabkan dehidrsi. Tetapi yang terutama akan menyebabkan keadaan syock dan dehidrasi berat adalah bentuk koleriform.
Pengobatan yang optimal pada penderita ini haruslah berorientasi sepenuhnya pada patofisiologi. Hal-hal pokok yang harus diperhatikan:
  1. Atasi syock hipovolemik dengan pemberian cairan per infus, ataupun sejenisnya.
  2. Gantikan kehilangan cairan yang menyebabkan keadaan dehidrasi
  3. Replesi elektrolit untuk mencegah terjadinya lebih lanjut “salt losing syndrome”, asidosis dan hipovolemik
  4. Setelah rehidrasi, pelihara keadaan ini sampai diare berkurang atau berhenti.
  5. Berikan antibiotika untuk mengurangi volume dan lama diare.
  6. Awasi komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dan waspada terhadap penyakit-penyakit lain disamping muntah berat akut.

KLASIFIKASI

  1. Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi dibagi menjadi 3 tingkatan:
    1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan Gambaran klinik: Dehidrasi, turgor kurang, suara serak (vox cholerica), penderita belum jatuh dalam keadaan syock.
    2. Dehidrasi Sedang: Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan. Gambaran klinik: Turgor jelek, suara serak, penderita jatuh dalam pre-syock atau syock, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
    3. Dehidrasi berat: Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan Gambaran klinik: Seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun (Apatis sampai koma), otot-otot menjadi kaku, sianosis.
  2. Berdasarkan berat jenis plasma: plasma mempunyai berat jenis tertentu (1.025). Pada dehidrasi, berat jenis plasma meningkat. Penentuan berat jenis plasma dapat dilakukan dengan larutan tembaga sulfat (Cu SO4), Dengan cara ini disebut :
    1. Dehidrasi berat bila berat jenis plasma 1.032 – 1.040
    2. Dehidrasi sedang bila berat jenis plasma 1.028 – 1.032
    3. Dehidrasi ringan bila berat jenis plasma 1.025 – 1.028
  3. Dengan mengukur CVP “Central Venous Pressure” (CVP) diukur di dalam atau dekat atrium dengan menggunakan kateter. Normal CVP: + 4 sampai dengan + 11 cm H2O. Dalam keadaan syock, CVP kurang dari + 4 cm H2O

PENATALAKSANAAN

Pengembalian cairan dan elektrolit yang hilang (rehidrasi)
Cairan yang dapat diberikan adalah: Ringer laktat dan larutan NaCl 0,9% : Natrium bikarbonat = 2 : 1 (dengan tambahan KCL 3 x 1 gram per-oral)
Setelah diagnosis ditegakkan, maka rehidrasi dapat dilakukan menurut penilaian keadaan dehidrasi. Penilaian secara klinik dapat dilakukan dengan sistem skor, yaitu sebagai berikut:
No
PEMERIKSAAN
SKOR
1
Muntah
1
2
Vox
2
3
Apatis
1
4
Somnolent (Soporous)
2
5
Tekanan darah < 90 mmHg
1
6
Tekanan darah < 60 mmHg/tak teratur
2
7
Nadi = 120 x/menit
1
8
Nafas = 30 x/menit
1
9
Turgor kurang
1
10
Facies cholerica
2
11
Ekstremitas dingin
1
12
“Washer woman’s hand”
1
13
Cyanosis
2
14
Umur antara 50 – 60 tahun
- 1
15
Umur > 60 tahun
- 2
Pada keadaan syock atau pre-syock, cairan diberikan dengan memakai rumus:
skor/15 x berat badan x 10% x 1 liter.
Jumlah cairan ini diberikan dalam waktu 2 jam, kemudian diikuti dengan pemberian sebanyak pengeluaran selama 2 jam sebelumnya. Bila setelah 3 jam syock telah diatasi, berikan larutan elektrolit per-oral. Bila masih dalam keadaan syock atau pre-syock, maka skema diatas diulang.
Jika skor kurang dari 3, maka hanya diberikan secara per-oral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Sebaiknya infus dipertahankan bila volume tinja lebih dari 600 ml/jam dan boleh dihentikan bila dalam 6 jam tak ada berak dan muntah lagi. Penderita harus ditempatkan pada "cholera cot"
Bila tak ada syock, langsung diberikan cairan peroral. Jika kemudian timbul syock atau pre-syock, berikan infus sesuai penilaian.

PEMBERIAN CAIRAN PER-ORAL

  1. Jenis cairan yang diberikan adalah:
    1. Menurut WHO – Manila: 4 g NaCl, 2 g NaHCO3  , 20 g Glukosa dan 1½ g Na citrat dalam 1 liter air
    2. Rumus Namru – 2: 7g NaCl, 2½ g NaHCO3 , 3½ g K citrat dan 20 g Glukosa dalam 1 liter air
    3. Cairan 5 : 4 : 1 yang terdiri dari 5 g NaCl, 4 g NaHCO3, dan 1 g KCL dalam 1 liter air.
    4. Garam diare/elektrolit
  2. Cairan ini diberikan per-oral diminum seperti biasa. Bila penderita tidak bisa meminumnya secara biasa, dipasang “”Nasogastric Tube (NGT)”
  3. Jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam pertama 1800 cc yaitu 600 cc cairan perjam. Perhitungan pemberian cairan setelah 3 jam tersebut adalah 100 cc cairan per-oral setiap jam ditambah sejumlah cairan per-oral sesuai dengan pengeluaran tinja setiap jam sebelumnya.
  4. Terapi tidak lagi diberikan bila pengeluaran tinja kurang dari 300 cc dalam 6 jam terakhir. Diit bubur saring diganti bubur kasar. Bila penyebabnya adalah virio, maka setelah rehidrasi tercapai dapat langsung makan seperti sebelum sakit. Bila dipakai penilaian dengan berat jenis plasma, maka secara empirik berlaku rumus:
    Jumlah cairan dibutuhkan = (BJ Plasma sekarang dikurangi BJ Plasma normal) hasilnya dibagi 0,001 kemudian dikalikan Berat Badan lalu dikalikan 4 cc
Bila CVP dipakai sebagai tolok ukur, maka cairan dapat langsung diberikan per-infus dan peningkatannya dapat diamati hingga tercapai nilai CVP normal.

MEDIKAMENTOSA

  1. Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 3 hari. Dapat juga diberikan kloramfenikol dengan dosis yang sama
  2. Bila diberi infus lebih dari 6 jam berturut-turut, diberikan KCL 1 gram tiap 6 jam, KCL dihentikan bila penderita diberi elektrolit per-oral.

DAFTAR PUSTAKA

Purnawan Junadi, Atiek S Sumasto, Husna Amelz; 1982, "Kapita Selekta Kedokteran", Edisi ke-2, Media Aesculapius, Jakarta

0 comments:

Posting Komentar