Infolinks In Text Ads

PENJELASAN TENTANG KONSEP MEDIK SOMATISASI

A. Pengertian
Somatisasi yaitu manifestasi penderitaan emosional dalam bentuk gejala fisik yang tidak jelas. Somatisasi sebenarnya merupakan proses normal lantaran derita emosional terwujud menjadi gejala-gejala fisik.
Gangguan psikosomatik (somatisasi) dapat disamakan dengan apa yang dinamakan neurosa organic ialah gangguan jiwa yang dimanifestasikan pada susunan saraf vegetatif.

B. Etiologi
Ada banyak faktor (psikologik (emosi, intelegensi dan kepribadian), sosial dan fisik) yang berkaitan dengan gangguan somatisasi. Yang menarik, sekitar separuh dari pasien mengalami kecemasan atau depresi, meskipun umumnya dapat ditanggulangi sehingga gejala-gejalanya dapat dikurangi. Uniknya, gejala somatisasi cenderung dialami para wanita daripada kaum pria.

Sebab timbul gangguan psikosomatik ialah karena :
1. Penyakit organik terdahulu.
2. Identifikasi dengan seorang yang sakit.
3. Tradidi dan adat istiadat
4. Emosi yang menjelma secara elementer.
5. Kepercayaan dan anggapan masyarakat.

C. Manifestasi Klinis
Gejalanya berkisar dari yang wajar-wajar saja, seperti muka memerah, sampai yang menakutkan, seperti nyeri dada yang hebat.
Tingkatan manifestasi somatisasi ini pun ada bermacam-macam. Beberapa orang hanya mengalami sedikit gejala, sementara yang lainnya banyak. Bila gejalanya ringan-ringan saja, somatisasi sebenarnya tidak berbahaya, "Bukankah kita semua pernah mengalami derita emosional dengan gejala fisik, seperti sakit kepala? Bedanya, pada penderita somatisasi ekstrim, gejala fisik itu dapat sampai berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya." Untuk memahami somatisasi secara benar, harus dimengerti hubungan antara perasaan (emosi), tingkah laku, dan gejala fisik awal. Pikiran dan tubuh, merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Tidak ada emosi yang dialami tanpa ditemani manifestasi fisik dari emosi itu. Demikian juga tidak akan ada sensasi fisik tanpa adanya manifestasi emosional dari pengalaman fisik itu. Jadi, mereka saling berhubungan dan tidak mungkin dipisahkan. Akibatnya, pada saat seseorang mengalami penderitaan secara emosional, semisal pertengkaran atau permusuhan, tidak puas terhadap diri sendiri, kekecewaan atau kehilangan seseorang tanpa dukungan dari lingkaran terdekatnya, maka semua itu akan termanifestasi di badan dengan berbagai macam gejala.

Gejala tak jelas yang dialami oleh penderita penyakit ini meliputi banyak hal. Misal, nyeri dada, jantung berdebar-debar, pening, sakit kepala, sakit punggung, sesak napas, insomnia, sakit pada bagian perut, mati rasa dan perih, sembelit, serta letih.

Gejala-gejala psikologik bila diperiksa sepintas lalu tidak dapat ditemukan. Pada umumnya penderita dengan golongan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Yang mengeluh tentang badannya, tetapi tidak terdapat penyakit badaniah yang dapat menyebabkan keluhan-keluhan ini, tidak ditemukan kelainan organik.
2. Terdapat kelainan organik, tetapi yang primer yang menyebabkannya ialah faktor psikologik.
3. Terdapat kelainan organik, tetapi terdapat juga gejala-gejala lain bukan sebab penyakit organik itu, akan tetapi karena faktor psikologik; faktor psikologik ini mungkin timbul sebab penyakit organik tadi; umpamanya kecemasan.

D. Pemeriksaan Dan Dignosa
Tanyakanlah dan berbicara dengan pasien tentang :
1. Faktor sosial ekonomi : kepuasan dalam pekerjaan :; kesukaran ekonomi; pekerjaan yang tidak tentu; hubungan dengan keluarga dan orang lain; minatnya; pekerjaan yang terburu-buru; kurang istirahat.
2. Faktor Perkawinan : perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan seksual; anak-anak yang nakal dan menyusahkan.
3. Faktor kesehatan : penyakit-penyakit yang menahun; pernah masuk rumah sakit, pasti dioperasi; adiksi terhadap obat-obat, tembakau dan lain-lain.
4. Faktor psikologik : stress psikologik; keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu hamil, waktu penyakit berat, status didalam keluarga dan stress yang timbul karena itu.
Diagnosa pasti memerlukan semua hal sebagai berikut :
1. adanya keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dijelaskan atau dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun.
2. Tidak mau menerima nasehat/penjelasan dari beberapa dokterbahwa tidak ada kelainan fisikyang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
3. Terdapat diasabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.

E. Penatalaksanaan
Pengobatan terutama adalah melalui 3 fase :
1. fase pemeriksaan dan pemberian keterangan, penderita dan dokter sama-sama berusaha dan saling membantu.
2. Merupakan fase pendidikan, waktu ini dokter kana lebih banyak berbicara.
3. Fase keinsafan intelektual dan emosional.
Dibantu dengan pengobatan psikotropik dan obat untuk menstabilisasi susunan saraf vegetatif (suatu organ tertentu) bila perlu.

Ada beberapa metode untuk membantu penderita somatisasi. Salah satunya yang berhasil adalah yang diselenggarakan Personal Health Improvement Program, yang diadakan Harvard Pilgrim Health Care selama enam minggu.
Kursus itu mengajarkan beberapa kecakapan, terutama bagaimana mengamati sensasi dalam tubuh dan pikiran, serta perasaan yang muncul, tanpa terburu-buru menduga penyebabnya.
"Dengan sikap netral, mereka bisa lebih menghayati pengalaman itu. Selesai berlatih selama periode itu, orang jadi meningkat kesadarannya terhadap somatisasi dan dapat menanggulanginya sebelum gejala itu menyebabkan penyakit betulan".

Dalam program itu pasien juga belajar menangani permintaan dan janji, termasuk tega menolak permintaan bila memang tak dapat memenuhinya. Ini untuk menghindari beban janji itu kelak yang bisa menimbulkan juga rasa kesal. "Hidup itu penuh dengan permintaan, janji, dan penolakan. Kita perlu belajar bagaimana mengkomunikasikan permintaan, apakah kita sebagai pihak penerima atau pemberi, supaya relasi kita dengan orang lain terpelihara baik. Yang penting, jangan sampai kita 'tertimbun' oleh beban janji yang tidak dapat dipenuhi atau kekesalan yang menumpuk" .

Personal Health Improvement Program memiliki tingkat keberhasilan yang sangat baik. Hasil pengamatan terhadap penderita selama setahun, menunjukkan penurunan angka kunjungan dokter 50% bagi penderita yang melaksanakan program itu. Malah pada kasus-kasus yang berat, kunjungan ke dokter berkurang sampai dua pertiganya saja. Selain menurunkan kadar somatisasi, depresi, dan kecemasan, fungsi kemasyarakatan para penderita juga meningkat. Kalau program pertolongan diri sendiri, semacam Personal

Health Improvement Program tidak tersedia di sekitar kita, berikut ini tip yang barangkali bisa membantu :
1. Cari dokter yang serius menangani Anda dan gejala-gejala yang Anda alami. Artinya dokter yang mau mendengarkan keluhan pasien, tanpa cepat-cepat merekomendasikan pelbagai pemeriksaan. "Saya anjurkan dokter umum atau dokter keluarga saja, bukan spesialis".

2. Jangan mengharapkan kesembuhan secara cepat. Mungkin dokter perlu waktu 6 - 12 bulan untuk sungguh-sungguh memahami riwayat dan gejalanya. Periksakan diri terhadap gangguan depresi atau kecemasan. Obat depresi banyak mengurangi gejala somatisasi.

3. Jangan biarkan gejala gangguan somatisasi sampai melumpuhkan aktivitas karena malah akan semakin memperburuk kondisi kita. Usahakan sedapat mungkin untuk mempertahankan gaya hidup normal, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan keluarga. Jika penderita mencoba melakukan aktivitas seperti biasa, lama-kelamaan gejala itu akan cenderung berkurang.

4. Buatlah buku harian untuk mencatat gejala-gejala yang timbul. Catat apa yang sedang Anda lakukan dan rasakan saat gejala-gejala tersebut menyerang. Catatan ini akan memberikan wawasan mendalam tentang penyebab somatisasi dan berguna untuk mengambil langkah yang lebih baik, saat gejala itu muncul lagi.

5. Tiap hari sisihkan waktu untuk menenangkan pikiran dan bermeditasi. "Ini akan membantu mengenali dan memunculkan perasaan yang terpendam,". Perasaan yang selama ini ditekan sehingga tidak disadari dapat muncul ke permukaan. Sesungguhnya, mengakrabi suasana jiwa, perasaan dan pikiran sendiri yang biasanya tidak disadari adalah proses yang alami. Dengan cara ini, pemecahan persoalan dapat diperoleh tanpa harus mengakibatkan gangguan somatik.

6. Olahraga secara teratur mampu mengurangi stres dan juga menyehatkan. Semisal jalan-jalan sekitar tempat tinggal kita atau olahraga seperti tenis. Tentu saja olah raga perlu diatur sesuai usia dan kondisi fisik.

7. Perhatikan menu makanan sehari-hari. Kafein, misalnya, dapat menyebabkan serangan panik, yang kemudian dapat menimbulkan sesak napas, berdebar-debar, dan sakit dada. "Penderita somatisasi mesti mempertimbangkan kembali menu mereka, kalau perlu membicarakannya dengan ahli gizi, siapa tahu ada bahan makanan yang bisa memicu timbulnya gejala".

8. Jika banyak mengalami masalah dalam pergaulan, cari kursus yang mengajarkan cara-cara efektif untuk mengenali diri dan ketrampilan berkomunikasi. Kurang bisa berkomunikasi dengan baik mengakibatkan stres, yang dapat termanifestasi pada berbagai macam gejala.

9. Sadarilah bahwa selalu ada yang tidak dapat diubah dalam hidup, karena itu apa gunanya memikirkan hal tersebut? Ironisnya, "Banyak orang stres berat karenamemikirkan hal-hal di luar kekuasaan mereka".

10. Bersedia memaafkan, baik diri sendiri maupun orang lain. Ini memungkinkan kita bergerak ke hal lain dalam hidup dan tidak terpaku merenungi, menyesali, kesal tentang suatu kejadian.

0 comments:

Posting Komentar