Infolinks In Text Ads

Penjelasan Tentang Demam Tifoid (Leaflet)

TENTANG DEMAM TIFOID

Sampai saat ini demam tifoid masih merupakan problem kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia. Data WHO tahun 2003 memperkirakan terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian per tahun.

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, merupakan bakteri batang gram negative. Spektrum klinis demam tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septic yang lain, ensefalopati atau timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan.

Diagnosis demam tifoid secara klinis seringkali tidak tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau didapatkan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain seperti dengue, malaria atau leptospirosis, terutama pada minggu pertama sakit. Hal ini menunjukkan perlunya pemeriksaan penunjang laboratorium untuk konfirmasi penegakan diagnosis.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENUNJANG DEMAM TIFOID

Pemeriksaan laboratorium penunjang diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
  1. Pemeriksaan darah rutin
  2. Pemeriksaan biakan kuman
  3. Uji serologis, dan
  4. Pemeriksaan kuman secara molekuler.
Jumlah dan hitung jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas ,
Spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai membedakan penderita demam tifoid atau bukan, tetapi adanya leucopenia dan limfositosis relative menjadi dugaan kuat diagnosis demam tifoid.

Diagnosis pasti ditegakkan dari hasil biakan darah/sumsum tulang (pada awal penyakit) serta urine dan feces. Metode biakan darah mempunyai spesifisitas tinggi (95%) akan tetapi sensitivitasnya rendah (± 40%) terutama pada anak dan pada pasien yang sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya. Selain itu, hasil juga tergantung dari saat pengambilan pada perjalanan penyakit.
Pemeriksaan biakan perlu waktu lama (± 7 hari), harganya relative mahal dan tidak semua laboratorium bias melakukannya. Pemeriksaan kuman secara molekuler dengan melacak DNA dari specimen klinis menggunakan metode PCR masih belum memberikan hasil yang sangat memuaskan sehingga saat ini penggunaannya masih terbatas dalam laboratorium penelitian.

Metode pemeriksaan serologis mempunyai nilai penting dalam proses diagnostic demam tifoid, yang paling sering digunakan adalah tes Widal

PROBLEMATIKA TEST WIDAL

Prinsip uji widal adalah pemeriksaan reaksi antara antibodi agglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatic (O) dan flagella (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibody dalam serum.

Interprestasi tes widal harus memperhatikan beberapa factor yaitu sensitivitas, stadium penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibody; gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); factor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.

Tes widal mempunyai keterbatasan nilai diagnostic karena sulit diinterprestasikan terutama di daerah endemis, seperti Indonesia, dan bila pemeriksaan hanya dilakukan satu kali (single serum).
Pemeriksaan Widal baru mempunyai nilai diagnostic bila pada pemeriksaan serum fase konvalesen terdapat peningkatan titer anti O dan anti H sebanyak empat kali.

Tes Widal mempunyai sensitivitas dan spesifisitas moderat (± 70%), dapat negative palsu pada 30% kasus demam tifoid dengan kultur positif.
Tes Widal negative palsu dapat terjadi pada:
  1. Carrier tifoid
  2. Jumlah bakteri hanya sedikit sehingga tidak cukup memicu produksi antibody pada host
  3. Pasien sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya
Tes Widal positif palsu dapat terjadi pada:
  1. Imunisasi dengan antigen Salmonella
  2. Reaksi silang dengan Salmonella non tifoid
  3. Infeksi malaria, dengue atau infeksi enterobacteriaceae lain

PILIHAN TEST BARU

Telah tersedia pemeriksaan serologis untuk mendeteksi infeksi demam tifoid yang sedang terjadi (current infection) yang disebabkan oleh Salmonella typhi yaitu IgM Anti Salmonella typhi (TUBEX®TF). Hasil IgM Anti Salmonella typhi positif disertai dengan gejala klinis demam tifoid menunjukkan bahwa kemungkinan besar saat ini terjadi current infection oleh Salmonella typhi

PRINSIP METODE

Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetetifsemi kuantitatif yang sederhana dan cepat (± 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogroup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibody IgM dan tidak mendeteksi antibody IgG.

Beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal. Penelitian oleh Lim dkk (2002) mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%.

Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana.

REFERENSI

  1. Diagnosis of typhoid fever, Dalam: Background document: The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. World Health Organization, 2003; 7-18
  2. Parry CM. Typhoid fever. N Engl J Med 2002; 347(22): 1770-82.
  3. Lim PL, Tam FCH, Cheong YM, Jegathesan M. One-step 2-minute test to detect typhoid-spesific antibodies based on particle separation in tubes. J Clin Microbiol 1998; 36(8):2271-8
  4. Gasem MH, Smits HL, Goris MGA, Dolmans WMV. Evaluation of a sample and rapid dipstick assay for the diagnosis of typhoid fever in Indonesia. J Med Microbiol 2002; 51: 173-7
  5. Gophalakhrisnan V, Sekhar WY, Soo EH, Vinsent RA, Devi S. Typhoid fever in Kuala Lumpur and a comparative evaluatin of two commercial diagnostic kits for the detection of antibodies to Salmonella typhi. Sing Med J 2002; 43(7): 354-8

0 comments:

Posting Komentar