Infolinks In Text Ads

DIAGNOSIS BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI Atau HIPERPLASI (BPH)

Untuk menegakkan diagnosis BPH dilakukan beberapa cara antara lain
  1. Anamnesa
    Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi, terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.
  2. Pemeriksaan Fisik
    1. Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok - septik.
    2. Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk mengetahui adanya hidronefrosis, dan pyelonefrosis. Pada daerah supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin
    3. Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis.
    4. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
    5. Rectal touch / pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. Dengan rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :
      1. Derajat I = beratnya ± 20 gram.
      2. Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram.
      3. Derajat III = beratnya > 40 gram.
  3. Pemeriksaan Laboratorium
    1. Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.
    2. Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.
    3. PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya keganasan.
  4. Pemeriksaan Uroflowmetri
    Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :
    1. Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.
    2. Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.
    3. Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif.
  5. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik
    1. BOF (Buik Overzich ) :Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.
    2. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretral dan supra pubik.
    3. IVP (Pyelografi Intravena). Digunakan untuk melihat fungsi exkresi ginjal dan adanya hidronefrosis.
    4. Pemeriksaan Panendoskop. Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli – buli.

0 comments:

Posting Komentar